Oktober adalah bulan penuh sejarah, terutama jika mengingat 28 Oktober 1928, dimana pemuda Indonesia bersumpah mewujudkan bangsa Indonesia yang bersatu.
Seperti kita ketahui bersama, akan banyak ragam event digelar guna memperingati hari penuh heroisme tersebut. Namun, terlepas dari sekedar memperingati, hal yang tak kalah penting adalah bagaimana menghidupkan spirit kaum muda pada masa itu yang memiliki visi peradaban di dalam membangun bangsa dan negara.
Pemuda hari ini tidak dituntut memanggul senjata menghadapi tentara penjajah. Melainkan kemampuan menghadirkan inovasi sekaligus solusi bagi terpenuhinya kebutuhan rakyat secara mandiri, sehingga potensi sumber daya alam yang begitu luas di negeri ini dapat dimaksimalkan dan dioptimalkan guna memastikan NKRI berdiri kokoh, tegak, dan disegani.
Sama-sama kita sadari bahwa bangsa Indonesia yang telah merdeka selama 74 tahun belum benar-benar mampu menjamin kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya, sebagian daerah dan pulau di negeri ini nyaris belum tersentuh pembangunan secara maksimal. Pada saat yang sama, juga belum tumbuh kesadaran mengelola kekayaan flora dan fauna yang ada sebagai senjata membangun kekuatan ekonomi, budaya, dan sosial rakyat Indonesia.
Siapa yang bisa diharapkan untuk mewujudkan idealitas tersebut jika bukan para pemuda. Kini, saatnya bagi kaum muda untuk memilih menempa diri, memastikan diri memiliki mental dan karakter positif, guna menghadapi persaingan global yang kian kompetitif.
Dan, itu semua bisa kita mulai hari ini dengan membina keluarga yang berakhlak, generasi muda yang beradab, serta mendorong terbangunnya kultur masyarakat yang religius dengan beragam program-program inovatif dan progressif.
Jika hal ini disadari dengan baik dan menjadi pilihan hidup yang diusahakan penuh kesungguhan serta disempurnakan dengan doa, bukan tidak mungkin pada tahun-tahun mendatang, spirit heroisme kaum muda masa pra dan masa kemerdekaan akan menjelma menjadi kekuatan nyata bagi kemajuan rakyat Indonesia. Allahu a’lam.*/Imam Nawawi