Banyak yang berpikiran hipertensi hanya dapat dialami orang dewasa. Ternyata ini keliru. Hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa juga diderita anak-anak. “Karena itulah sangat penting bagi orangtua untuk memantau kondisi tekanan darah buah hatinya. Sebagian besar insiden hipertensi pada orang dewasa terjadi lantaran tidak dilakukannya deteksi dini pada masa kanak-kanak,” kata dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP, FIHA dalam diskusi terbatas untuk jurnalis di Sekretariat Indonesian Society of Hypertension, Jakarta, dalam rangka World Hypertension Day (18 Mei).
Baru tahu, kan? Ternyata deteksi dini hipertensi harus dilakukan juga pada anak. Apalagi, menurut penelitian yang dilakukan oleh UKK Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), prevalensi kenaik an hipertensi pada anak setiap tahun menunjukkan angka 1—2%. Peningkatan besar terlihat pada anak yang kurang gerak, mengonsumsi makanan tinggi garam dan lemak, serta yang mengalami stres memasuki usia remaja. Sekarang, jumlah penderita hipertensi anak diperkirakan 10% dari jumlah penderita hipertensi secara keseluruhan.
Apa arti angka tersebut? “Anak dengan hipertensi mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk menderita hipertensi di usia dewasa dibanding anak normal. Hipertensi pada anak juga memberikan dampak pada kesehatan kardiovaskular pada masa dewasa, karena pengerasan pembuluh darah telah berlangsung sejak lama,” kata ahli jantung dan pembuluh darah yang kerap dipanggil dokter Ann ini.
PRIMER DAN SEKUNDER Seperti diketahui, tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa keluar jantung dan lancar tidaknya aliran darah itu mengalir di dalam arteri. Pada anak, tekanan darah ditentukan oleh jenis kelamin, usia, dan tinggi badan. Tekanan darah bayi baru lahir biasanya 90/60 mm/Hg. (Lihat boks: “Berapa Tekanan Darahnya?”). Nah, pemantauan tekanan darah pada anak sebaiknya telah dilakukan sejak dini.
