Tampilkan di aplikasi

12 cara hindari penyakit pasca Lebaran

Tabloid Nakita - Edisi 902
13 Juli 2016

Tabloid Nakita - Edisi 902

Lebaran merupakan momen yang paling dinantikan. Lebaran juga identik dengan sajian makanan berlemak dan bersantan yang jika tak hati-hati dapat mengundang penyakit. / Foto : istock

Nakita
Lebaran telah tiba, semua bergembira. Mendapatkan angpau, bersilaturahmi ke sanak famili, dan menyantap berbagai hidangan aneka rasa adalah tradisi lebaran yang unik dan sangat dinantikan oleh anak-anak. Nah, suka cita saat berlebaran ini terkadang meninggalkan beberapa dampak pada kesehatan anak. Penyebabnya umumnya terkait tiga hal, yakni kelelahan, makanan, dan kebersihan.

Gangguan kesehatan akibat kelelahan. ◗ Perjalanan mudik, kondisi jalan yang tidak bersahabat, kemacetan di beberapa titik, bisa membuat anak kelelahan. Kondisi kelelahan yang kerap menyebabkan daya tahan tubuh anak turun sehingga mudah terserang penyakit. ◗ Untuk anak-anak yang diajak mudik antarpulau atau antarprovinsi, sering kali faktor perbedaan cuaca, perbedaan tradisi dan suasana rumah memaksa mereka beradaptasi dalam waktu singkat. Ini bisa meningkatkan stres psikologis yang diyakini juga dapat menurunkan daya tahan tubuh.

Gangguan kesehatan akibat makanan. ◗ Makanan aneka rasa, aneka warna, aneka rupa saat di Hari Raya bisa begitu menarik perhatian anak dan membuatnya menyantap berbagai hidangan tanpa mempertimbangkan gizi. Padahal, beberapa makanan seperti gorengan, permen, cokelat, dan minuman dingin sering memicu terjadinya iritasi dan radang tenggorokan. ◗ Bagi anak yang menderita alergi, bila pengawasan kendor selama Lebaran, bisa saja menyantap makanan yang sebelumnya menjadi pantangan. Akibatnya manifestasi alergi, dari batuk, pilek, gatal, diare, muntah hingga asma, muncul segera setelah Lebaran usai.

Gangguan kesehatan akibat kurangnya kebersihan. ◗ Asisten rumah tangga yang mudik, terkadang membuat kita membeli makanan ala kadarnya tanpa terlalu memerhatikan kebersihan sehingga meningkatkan risiko terkena diare. ◗ Budaya bagi-bagi uang (angpau) menyebabkan anak lebih sering menggenggam uang. Padahal, uang bisa menjadi media transfer kuman.
Tabloid Nakita di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI