Cerdas dan berbakat kerap diartikan secara rancu. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui dahulu defi nisi cerdas itu sendiri. “Kecerdasan berhubungan erat dengan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, serta kemampuan menganalisis dan menyelesaikan masalah,” terang Dinda Nocyandri, MPsi., Psikolog. Nah, anak cerdas istimewa adalah anak yang memiliki kecerdasan tinggi dibarengi kreativitas serta komitmen untuk menyelesaikan suatu masalah. Akan halnya bakat, menurut tokoh psikologi Howard Gardner, setiap anak memiliki bakat. Jadi, tidak peduli seberapa tingkat kecerdasan (IQ) anak, pasti ia memiliki bakat di bidang tertentu. Misal, IQ anak A tergolong rata-rata, tetapi bakatnya dalam menari sungguh luar biasa; ia mampu menggerakkan badan sesuai ritme, cepat menghafal gerakan, dan menciptakan gerakan baru.
“Jadi, anak cerdas berbakat istimewa itu memang sangat pintar, pola pikirnya melebih anak-anak seusianya, dan pada saat bersamaan memiliki kemampuan serta ke tertarikan yang menonjol pada bidang tertentu, dimana pe ngetahuan dan rasa ingin tahunya jauh lebih tinggi di bidang yang diminatinya dibanding bidang yang lain,” tandas Dinda. Bagaimana Mendektesinya? Menurut Julia Maria van Tiel, dengan memerhatikan pola alamiah tumbuh kembangnya, anak cerdas istimewa sudah dapat dideteksi di usia 3—4 tahun, meski bisa saja lebih dini. “Di usia ini anak-anak mulai memperlihatkan produk inteligensi istimewanya, tetapi karena anak masih dalam fase perkembangan dan belum dapat dilakukan tes inteligensi dengan tes IQ, maka anak belum dapat diberi nama anak cerdas istimewa (anak gifted), melainkan anak dengan lompat an perkembangan,” terang penulis buku Anakku Terlambat Bicara (Prenada Media, 2008) ini. Menurut Julia, di usia bayi hingga 3 tahun, kita masih belum bisa memastikan apakah anak tergolong cerdas istimewa.
