Alya memerhatikan, Nisa, putrinya yang baru berulang tahun kedua, sangat senang jika diajak bermain dengan balok aneka warna. Tapi, balok-balok itu bukannya disusun, melainkan diacak-acak. Lain lagi dengan Citra. Ia membiarkan Nayla bermain balok sendiri. Citra yakin Nayla akan lebih bebas membuat berbagai bentuk tanpa dirinya ikut campur. Tapi ternyata Nayla hanya menumpuk balok demi balok di hadapannya.
Wah, ternyata tidak mudah, ya. Bagaimana cara mengajari batita bermain balok? CUKUP LIMA BALOK Arif Triman, S.Psi., M.Ed., dosen Fakultas Psikologi Universitas YARSI, Jakarta menyebutkan beragam manfaat permainan balok bagi batita. “Salah satunya adalah pengenalan terhadap warna, bentuk, dan ukuran. Dengan media permainan ini, orangtua dapat mengenalkan jenis-jenis warna, berbagai bentuk benda, serta mengajarkan perbedaan ukuran suatu benda,” ujarnya.
Selain itu, permainan balok juga melatih motorik serta koordinasi tangan dan mata anak. Prosesnya seperti ini: anak melihat balok tertentu, lalu mengangkat balok tersebut dengan tangannya serta menempatkan balok tersebut, misalnya, di atas balok lain. Nah, proses tersebut adalah koordinasi mata dan tangan. Penempatan balok di atas balok lain dengan tepat—tanpa terjatuh, juga merupakan koordinasi mata dan tangan. Sementara motorik terkait dengan kemampuan anak memindahkan balok ke tempat yang diinginkan. “Semakin besar usianya, anak bisa belajar lebih banyak dengan berbagai bentuk atau bangunan yang bisa dibuat. Kemampuan anak un-tuk memilih, mengontrol, menempatkan, dan menggerakkan benda berkembang dengan baik,” ujar Arif. Permainan balok ini juga bisa dijadikan media mengenalkan dasar matematika. Contoh, perhitungan dasar seperti angka 1 sampai 5 di usia batita. Kita juga bisa membantu dengan menyusun balok hingga 5 dan memperkenalkan ciri dan konsep hitungan itu sendiri kepada anak.
