Our Kids Are Good Kids, Lukas Graham, vokalis band dengan nama yang sama asal Denmark, sukses di Amerika setelah mengeluarkan single “Mama Said” tahun lalu. Pemuda berpipi montok yang wajahnya jauh dari kegantengan ala Afghan atau Chicco Jerikho ini besar di pemukiman komunitas artisan di Kopenhagen. Dalam lagunya itu, ia menyuarakan kegalauan anak-anak kelas bawah yang gamang mengejar mimpi. Namun, ia menguatkan mereka untuk tidak takut bermimpi dan meraih sukses, sebab kalau mereka punya orangtua yang walaupun kurang update, tetapi percaya bahwa mereka adalah anak yang baik, maka itu saja sudah cukup.
Kata-kata orangtua yang membesarkan hati memang dahsyat efeknya. Simak lirik lagu tadi, “Mama told us we were good kids, and daddy told us never listens to the ones pointing nasty fingers and making fun, cause we were good kids.” Saya suka lagu itu, sangat menyentuh. Mungkin kita pernah kelepasan, meneriaki anak gara-gara ia menolak masakan yang sudak capek-capek kita buat. Mungkin kita juga pernah mengecilkan hatinya, dengan menyebutnya pemalas atau kalah hebat dibanding sepupunya. Mungkin kita justru menganggap lontaran seperti itu bisa memotivasinya untuk menjadi lebih baik. Nyatanya? Anak butuh merasa dihargai agar bisa sukses. Sudahkah kita membuatnya merasa berharga sebagai individu? Ini PR kita bersama, yang tetap harus dikerjakan selama kita menjadi orangtuanya. Kita juga perlu belajar untuk bisa menyesuaikan gaya pengasuhan kita dengan perkembangan zaman. Tanpa itu, kita akan berjarak.
Bagaimana kalau kita penah melakukan kesalahan terhadap anak? Semua orang pasti pernah, termasuk saya. Move on saja. Anak, kan, juga punya hati. Ia pasti mau memaafkan. It’s okay, because our kids are good kids. Kita boleh mendidik anak dengan keras, tetapi kita tidak boleh membuatnya merasa kecil hati. Salam,