Sebuah investigasi bersama Majalah Tempo dan BBC mengungkapkan fakta mengejutkan. Dua restoran ternama di tanah air dinyatakan menggunakan bahan kedaluwarsa untuk produk olahannya. Berita itu kontan membuat masyarakat khawatir, seberapa berbahayakah bahan-bahan atau makanan kedaluwarsa bila dikonsumsi? Apa dampak jangka pendek dan panjangnya? MEMPUNYAI MASA SIMPAN Makanan kedaluwarsa adalah makanan yang telah mengalami perubahan, baik bentuk maupun rasa. Kerusakan makanan bisa terjadi dikarenakan kerusakan fisik atau kemasan yang mengalami enzimatis.
Kerupuk yang melewati batas penggunaannya, misal, akan terasa alot atau melempem dari tekstur semulanya yang garing. Kemudian roti yang melewati batas penggunaan akan mengalami perubahan bentuk, seperti berjamur dan kering. Begitu pula dengan makanan siap saji dalam kalengan, bila sudah kedaluwarsa akan terbentuk gas dalam kaleng sehingga kaleng tersebut akan menggelembung. Sesuai dengan aturan perundang-undangan, setiap makanan atau bahan makanan dalam kemasan wajib mencantumkan tanggal kedaluwarsa. Pada umumnya suatu produk pangan dinyatakan kedaluwarsa karena dua alasan, alasan mutu dan alasan keamanan.
Regulasi di tanah air tidak membedakan apakah kedaluwarsa itu karena alasan keamanan atau alasan mutu. Regulasi di Indonesia hanya menyatakan bahwa batas akhir masa kedaluwarsa harus dicantumkan dengan jelas sehingga mudah dilihat dan dibaca. Batas kedaluwarsa ini ditulis dengan mencantumkan bulan dan tahun. Secara khusus untuk produk pangan, yang memiliki masa simpan kurang dari 3 (tiga) bulan, ditulis dengan mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun. Tanggal yang menunjukkan batas kedaluwarsa ini sering juga disebut expiry date. Sementara di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, ada banyak sekali pelabelan kedaluwarsa makanan sesuai karakteristik makanan dan alasan kedaluwarsanya. Ada istilah bake on atau baked by, best before, lalu used by atau expired date.
