Orang dewasa yang melihat bayi tertawa pastinya ikut merasa senang. Tawanya yang lucu dan menggemaskan membuat siapa pun akan terhibur. Kadang memancing rasa ingin tahu Mama, apa sih, yang menyebabkan mereka tertawa bahkan sampai terkekeh-kekeh? Mama penasaran, apa iya bayi sudah paham dengan gurauan yang dilontarkan orang lain? Pada hakikatnya, bayi akan tertawa bila ia melihat atau mendengar sesuatu yang dianggap surprise, hal yang mengejutkan sekaligus menyenangkan hatinya, lantaran merasakan sesuatu hal baru atau lucu. Hal yang membuat bayi tertawa bukan saja dari orang lain, tapi bisa juga terhadap apa yang ia lakukan.
Bayi tertawa menunjukkan ia memahami akibat perilaku dirinya dan orang lain. Pada bayi, tertawa juga menunjukkan seberapa mampu ia bisa berinteraksi dan memahami keadaan yang terjadi di sekitarnya. Ada penelitian, bahwa bayi normal lebih mudah tertawa dibanding bayi Down syndrome dan pengidap autisme, karena bayi normal lebih mudah memahami dunia sekitarnya. Sarana berinteraksi Perjalanan bayi hingga bisa tertawa, dimulai dari senyum spontan dalam tidurnya pada usia kurang dari 1 bulan. Kira-kira apa yang membuatnya tersenyum? Belum ada kepastian penyebabnya, namun para peneliti perkembangan otak bayi menyatakan senyuman ini bukan disebabkan oleh rangsangan dari lingkungan luar diri si bayi, juga belum berhubungan dengan sistem pikiran dan perasaannya.
Jadi layak bila disebut senyum spontan. Pada usia 2 bulan, mulailah bayi tersenyum sebagai respons terhadap rangsangan dari luar. Rangsangan pertama yang dapat membuat si kecil tersenyum pada tahap ini biasanya adalah suara yang dikenalnya. Rangsangan berikutnya, baru berdasarkan apa yang dia lihat, seperti wajah mama atau papanya. Pada tahap ini, senyuman bayi sudah mulai menampakkan polanya dan setiap senyuman yang dilakukan dengan sadar merupakan respons terhadap lingkungan sekitar.
