Menjelang Idul Fitri atau Lebaran, biasanya kita akan sibuk mempersiapkan berbagai hal. Sebut saja, dari makanan lezat, mempercantik rumah, hingga pakaian-pakaian baru dan wangi. Begitu pula bagi anak kita. Kita akan memastikan si kecil tampil dengan busana terbaiknya, rapi, bersih, dan harum. Namun, sejauh mana kita sudah memperkenalkan arti Idul Fitri padanya?
Idul Fitri berarti hari raya “berbuka.” Setelah menahan lapar selama sebulan penuh, kita makan kembali pada hari raya tersebut. “Idul Fitri juga dikatakan hari kembali kepada otentisitas manusia, manusia suci yang hanya menghamba pada Tuhan (Allah SWT) yang Maha Esa,” jelas Aad Satria Permadi, dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Konsep demikian memang terdengar abstrak bagi anak, tetapi kita tetap bisa menjelaskannya dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami anak.
Pada intinya, kita perlu menyampaikan pada anak bahwa manusia hanya menghamba pada Tuhan semata. Menghamba berarti berserah diri, mengikuti, patuh pada apa yang sudah diperintahkan Tuhan. Bagi Aad, kita sebagai orangtua perlu mengarahkan anak untuk meningkatkan kualitas ibadah dan kualitas hubungan sesama manusia. Poin memperbaiki kualitas hubungan sesama manusia ini ditandai dengan saling meminta maaf dan saling memaafkan. Inilah yang menjadi esensi dari Idul Fitri tadi.
Sejatinya memperkenalkan makna hari raya pada anak tak hanya dimulai dari pada hari raya saja. Namun, juga dimulai dari memperkenalkan ritual wajib yang harus dijalani anak seharihari. Kepada anak balita, kita bisa mengajak anak serta dalam berbagai kegiatan ibadah. Mulai memperdengarkan bacaan Alquran dengan membacanya di samping anak, sampai mengajak anak salat. Tujuannya satu, agar anak familiar dengan kegiatan ibadah.
