Menghadapi kemacetan selama berjam- jam, mengantre di loket, berdesakdesakan di tengah kerumunan orang banyak, adalah beberapa kondisi yang umum ditemui saat mudik. Namun, berbagai ketidaknyamanan tersebut tidak mampu menghentikan keinginan mereka untuk merayakan Lebaran di kampung halaman. Bahkan, meski sedang berbadan dua pun, tak sedikit mamil yang tetap memutuskan untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar di kampung halaman pada hari Raya.
Menempuh perjalanan jauh dalam kondisi hamil memang menyimpan tantangan tersendiri. Mamil dengan risiko kehamilan tinggi dan perlu pengawasan ketat biasanya dianjurkan untuk tidak bepergian dulu hingga usai melahirkan. Contohnya, mamil dengan kontraksi prematur, ketuban pecah, plasenta previa, preeklamsia, diabetes tak terkontrol, kehamilan kembar, dan mamil yang pertumbuhan janinnya terhambat.
Lain halnya bila kondisi Mama dan janin baik, umumnya mamil boleh saja melakukan perjalanan mudik. Waktu terbaik untuk mudik bagi mamil adalah saat usia kehamilan memasuki trimester kedua, karena di saat ini keluhan morning sickness sudah jauh berkurang, kehamilan belum terlalu besar, dan stamina mamil umumnya cukup kuat. Yang pasti, demi keamanan mamil maupun janin, dianjurkan untuk mudik saat usia kehamilan belum mencapai 36 minggu, Ma.
The Royal College of Obstetricians and Gynaecologists and the International Air Travel Association bahkan menganjurkan mamil dengan kondisi kehamilan sehat untuk tidak bepergian saat kehamilannya berusia 37 minggu hingga setelah melahirkan. Tips penting bagi mamil yang berencana mudik lebaran, berkonsultasi dengan dokter obgin terlebih dahulu sebelum mudik, pastikan di tempat tujuan mudik terdapat fasilitas kesehatan yang memadai untuk perawatan kehamilan dan persalinan.
