Cacingan itu penyakit yang kerap dijadikan bahan guyonan. Kalau ada teman yang makan banyak tapi kurus, kita akan bilang “Cacingan kali loe...!”. Buncitnya perut teman juga kerap kita ejek sebagai cacingan. Apesnya, kalau ada teman yang mengaku cacingan, dia bisa habis diolok-olok “Jaaahhh... enggak elite banget deh. Hari gini kok, masih cacingan!” Meski kerap menjadi lelucon, namun cacingan bukan penyakit sepele, bukan pula penyakit masa lalu.
Karena, hingga hari ini Indonesia masih menjadi negara endemi cacingan. Sulit dipercaya, bukan? Namun data dari Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan tahun 2015 menunjukkan rata-rata prevalensi cacingan di Indonesia mencapai 28,12%. Angka ini bahkan dianggap kurang menggambarkan kondisi sebenarnya, karena di banyak daerah tingkat prevalensi cacingan berada di atas 50%.
Data WHO tahun 2013 menunjukkan lebih dari 67 juta anak Indonesia pun membutuhkan Pengobatan Pencegahan (Preventive Chemotherapy), sehingga menjadikan negara kita tercinta ini sebagai negara terbesar ketiga yang membutuhkan pencegahan cacingan, setelah India dan Nigeria. Anak tampak sehat pun bisa cacingan. Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing dalam tubuh manusia yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths/STH).
Penyakit ini berbahaya dan bisa mengintai semua usia, dari anak-anak hingga dewasa (termasuk ibu hamil). Namun pada umumnya cacingan menyerang anak-anak. Cacingan juga dapat diderita semua kalangan, dari bawah, menengah, sampai kalangan atas. Karena itulah, tinggal di area kota belum dapat menjamin anak terbebas dari cacingan. “Anak-anak di mana pun tetap memiliki risiko terkena cacingan, karena Indonesia adalah salah satu negara endemi cacingan.
