Mural adalah lukisan dinding yang tak hanya bisa dilihat di tembok sepanjang jalan, tapi juga makin banyak ditemui di rumah atau kafe. Gambarnya pun variatif dan sangat indah dipandang mata. “Di tahun 1990-an sampai 2000 awal, mural kebanyakan dipakai di rumah, tapi dengan gambar klasik dan mediterania, misalnya gambar angel. Ternyata makin ke sini temanya makin beragam tak hanya satu gambar saja,” kata Richard dari Indonesia Mural. Pria jebolan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia ini mulai tertarik mural karena sebelum lulus sempat ikut pertukaran pelajar ke Philadelphia, Amerika Serikat, sebuah kota dengan mural terbanyak di dunia. “Ternyata mural di sana sangat dihargai bahkan sudah dijadikan sebagai tata kota dan edukasi. Saya pikir kenapa tidak dicoba di sini saja.”
Akhirnya, lewat IG @imural.id, Richard mengembangkan mural ini. Meski mengaku tidak punya keahlian melukis, “Tapi saya punya te-man-teman yang bisa melukis. Jadi, saya mencoba support apa yang mereka butuhkan dan membuat Indonesia Mural ini.” Mural di Rumah Harus… Menurut Richard ada perbedaan membuat mural di rumah dan kafe. Kalau di kafe atau public space tak hanya memikirkan mural yang cocok dengan konsep interior atau eksterior ruangan itu. “Tapi juga harus memikirkan soal siapa saja yang bakal datang. Karena dilihat banyak orang yang tiap hari berbeda orangnya.”
Sementara, di rumah yang melihat hanya penghuni rumah itu saja. “Jadi, harus memikirkan gambarnya untuk jangka waktu lama biar tidak bosan karena dilihat setiap hari. Penghuni rumah harus happy dan sreg dengan gambarnya. Jangan sampai hanya satu yang suka, sementara penghuni lain tak suka.” Lantas apa lagi rambu-rambu ketika seseorang akan menerapkan mural di rumahnya? 1. Mural di rumah bisa digambar di mana saja, bisa di dinding dapur atau di dinding ruang makan.
