Perkembangan cashless di Indonesia, menurut Mada Aryanugraha dari Finansia Consulting, semakin meningkat. “Artinya kesadaran masyarakat terutama di kota-kota besar yang menggunakan sistem cashless semakin banyak,” jelas Mada. Cashless, lanjut Mada, “Merupakan suatu sistem pembayaran tanpa uang tunai, menggunakan sebuah alat pembayaran yang bermacam macam bentuknya, mulai dari kertas, kartu, stiker, hingga dalam bentuk chip (untuk elektronic money).” Perkembangan cashless dapat dilihat pada data statistik Bank Indonesia yang menunjukkan meningkatnya volume transaksi uang elektronik, terutama setelah digagasnya Gerakan Nasional Non Tunai di tahun 2014.
Jika di tahun 2013 ke 2014 kenaikan jumlah transaksi hanya sekitar 47%, maka di tahun 2015 kenaikannya menjadi 163% dibandingkan jumlah transaksi di tahun 2014. “Tentunya ini dapat menunjukan ketertarikan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas sistem cashless.” Selain itu, perkembangan cashless juga dapat dilihat dari dorongan pemerintah untuk memasyarakatkan sistem ini. “Bahkan cenderung mulai memaksa masyarakat semakin sering menggunakan sistem cashless.” Contohnya, bisa dilihat pada transportasi umum, KAI dan Transjakarta hanya bisa digunakan dengan pembayaran cashless saja, sudah tidak bisa dengan uang tunai.
“Di setiap gerbang tol mulai lebih banyak gerbang GTO (Gerbang Tol Otomatis) yang menggunakan elektronic money. Bahkan sampai tempat rekreasi yang dikelola pemerintah daerah pun sudah menggunakan sistem cashless.” Namun jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia masih jauh tertinggal dalam penggunaan sistem cashless ini. “Indonesia baru mulai menggeliat di tahun 2014, sedangkan negara lain sudah jauh-jauh hari mulai memanfaatkannya.” Contohnya di Eropa, negaranegara seperti Swedia dan Belgia, hampir sebesar 90% transaksi keuangannya menggunakan sistem cashless.
