Sahabat NOVA…. Saya sungguh stres bila suasana belajar di kelas itu diminta duduk manis mendengarkan guru. Bawaannya mengantuk dan bosan, kemudian jadi jahil gangguin sanasini. Alhasil saya sering sekali mendapat teguran guru karena tidak pernah mau diam mendengarkan. Waktu itu, saya sedih dituduh tidak mendengarkan, karena biarpun tangan saya sibuk coratcoret menggambar, asyik melipat kertas atau ngisengin teman, saya membuktikan bisa menjawab pertanyaan atas materi yang dibicarakan.
Di rumah, ketika semua saudara saya belajar dengan cara sunyi senyap, saya justru harus menyetel musik ingar bingar. Ini pun kena marah karena dianggap mengganggu dan dituduh tidak belajar. Huh…. Saya pun di-cap sebagai anak “nakal”. Orangtua maupun guru tidak bisa mendeteksi mengapa saya berbuat demikian. Belakangan setelah menjadi orangtua, barulah mengerti bahwa gaya belajar saya tergolong campuran kinestetik dan audio.
Nah, belajar dari situ mungkin kita jangan lekas menuduh anak tidak belajar ketika ia sambil nonton televisi atau mendengarkan musik. Atau malah sambil lelarian sana-sini. Gaya belajar setiap anak memang berbeda. Justru orangtua wajib mengenali gaya belajar anaknya. Dengan demikian, orangtua pun bisa memilih sekolah yang tepat bagi anaknya. Jangan sampai anak-anak kinestetik tersiksa ketika ia belajar di kelas-kelas konvensional, seperti pengalaman saya pribadi.
Sekarang ini banyak sekali pilihan sekolah. Orangtua harus cerdas memilihkan untuk anakanaknya. Memberikan pendidikan terbaik adalah salah satu investasi buat masa depan si anak. Lakukan survey, datangi sekolah, wawancara pihak sekolah, dan dengarkan testimonitestimoni dari beberapa orangtua yang menyekolahkan anak di situ. Kemudian beri kesempatan anak untuk mencoba sehari-dua hari sebelum benar-benar memastikan akan menjadi murid di sekolah tersebut. Pendek kata, teliti sebelum membeli perlu juga diterapkan dalam memilih sekolah. Jangan seperti beli kucing dalam karung…