Setelah di udara sekitar 5 jam dari Jakarta, pesawat China Airlines mendarat mulus di Bandara Internasional Taoyuan, 20 September 2017 lalu. Meskipun baru saja memasuki musim gugur, suhu sekitar 25°C masih terasa sejuk terutama buat kami yang biasa berpanas-panas di Jakarta. Kami, bersama rombongan yang diundang khusus TLFDA langsung melanjutkan perjalanan menjelajah destinasi wisata menarik di negeri tersebut.
Tapi, sebelum berkisah tentang keindahan yang ditawarkan Taiwan, kami sampaikan dulu tentang hal yang paling penting urusan perut. Saat kami berkunjung ke beberapa restoran dan hotel di Taiwan, sertifikasi halal sudah tercantum di sana. Misalnya saat menginap di Taoyuan City Suites Hotel di Distrik Taoyuan, Taiwan, kami disediakan menu makan pagi untuk muslim yang terpisah. Sehingga, pelancong muslim tak ragu menikmati masakan hotel, karena makanan disajikan di atas piring berlabel halal.
Sementara itu, untuk keperluan ibadah, di setiap kamar disediakan informasi arah kiblat. Sudah jauh-jauh ke “negeri Cina”, haruslah mencicipi chinese food yang sesungguhnya. Nah, di lokasi agrowisata di Taiwan ini kita yang muslim tak perlu ragu melahap mulai dari aneka sup, kwetiau, ayam, sampai daging burung unta. Selain lezat, juga dijamin halal.
Tentu, hidangan disajikan dengan gaya khas Taiwan. Lengkap menggunakan sumpit dan mangkuk. Dekorasi ruangan dan pakaian pramusaji restoran juga mencerminkan budaya mereka yang unik. Seperti Korea dan Jepang yang sudah menerapkan konsep wisata halal bagi turis muslim, Taiwan pun tak mau kalah. Negeri yang berlokasi di Samudera Pasifik ini gencar membangun dan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung konsep wisata halal mereka
