Tampilkan di aplikasi

Mengamati bakat anak, jangan mudah tertipu minat sesaat

Tabloid NOVA - Edisi 1590
9 Oktober 2018

Tabloid NOVA - Edisi 1590

Gara-gara melihat si balita mulai rajin mengetuketuk tuts piano, kita langsung menilai ia berbakat seperti Joey Alexander. / Foto : ISTOCK

NOVA
Saski, bangga banget ketika Deon, anak lelakinya yang berusia 3 tahun, menjadi murid termuda di tempat kursus matematika. “Gara-gara sering ikut antar kakaknya kursus, Deon rupanya tertarik. Dia juga mau ikut kursus kayak kakaknya. Pas dicoba, eh, dia bisa. Ya, udah, aku daftarin, deh,” cerita Saski.

Bukan kebetulan, saat mulai belajar bicara, Saski sudah mengenalkan angka dan huruf pada Deon. Dan si anak memang mampu belajar dengan cepat. Namun apa yang terjadi? Belum juga genap dua bulan kursus, Deon sudah menolak pergi kursus. Berawal dari menolak mengerjakan PR hingga akhirnya tidak mau ikut kursus lagi.

Bahkan, ikut bunda mengantar si kakak pun, Deon enggan. Waduh! Saski, sang ibu, jelas jadi sedih. Tapi tak perlulah bingung. Karena, “Biasanya memang akan terjadi anak bosan mengerjakan hal yang sama secara berulang,” ujar psikolog Irma Gustiana. Apalagi jika si anak sesungguhnya tidak berminat yang sering kali kita artikan tidak berbakat ditambah lagi pada usia balita anak memang relatif gampang bosan.

Nah, sebagai orangtua, bagaimana cara kita menyikapi soal ini? Amati Perilaku Anak Sehari-hari. Paling mudah, jangan buru-buru memutuskan si kecil berbakat akan sesuatu atau sebaliknya. Karena, usia 1-12 tahun adalah masa untuk anak mengeksplorasi minat dan bakatnya. Oleh karena itu, belum dapat dipastikan bahwa di usia balita, anak memang berbakat dan berminat pada suatu bidang tertentu.
Tabloid NOVA di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI