"Comment, ya!"
Everybody loves to comment. Semua orang suka berkomentar. Dari mulai yang menyenangkan, sampai yang pedas di kuping dan menyakitkan di hati. Bagus, nih, bajunya. Beli di mana? Mukamu masih kayak waktu masih kecil, aja. Kapan nikah, nih? Kapan mau nambah anak? Masih betah kerja di situ? Kok, enggak pindah-pindah, sih? Masa tiap hari masaknya itu-itu, aja? Dandan dikit, lah. Biar suami betah di rumah.
Kamu gemukan, Ndy? Pipi kayaknya lebih chubby soalnya. Si F abis melahirkan badannya belum balik, tuh. Daftar ini masih bisa lebih panjang lagi. Sebab komentar atau tanggapan orang terhadap kita tak akan pernah kurang.
Lucunya, sebagian besar isinya sama saja dari puluhan tahun lalu: status pernikahan, anak, suami, dan penampilan. Dan kita pikir sekarang kita sudah lebih kreatif! Di kehidupan nyata, kita waswas sekali ketika seseorang tampak akan melontarkan komentar. Kebalikannya dengan di media sosial. Kita malah cenderung menanti komentar. “Comment di bawah, ya!” Betul, kan? Hanya saja, sekali lagi, komentar yang akhirnya keluar masih tak kreatif. Tetap saja seputar 4 hal tadi. Tapi berhubung media sosial mengandalkan visual, maka bisa ditebak, penampilan yang akan dikomentari pertama kali.
Gendutan, kurusan, pucat, hitaman, lelah, segar, besar di sana, kecil di situ. Harusnya begini, harusnya begitu. Kita bisa jadi tertawa karena merasa ini hal harihari biasa. Tapi di sisi lain, hati-hati, komentar Anda bisa masuk kategori body shamming. Dan mari akui, ketika kita yang berucap, semua tampak tak ada salahnya.
Namun jika kita cukup sensitif, komentar semacam ini amat melelahkan. Di dunia Instagram, Facebook, dan YouTube, penampilan kunci utama; sehingga body shamming makin marak. Sama sekali tak bisa dikesampingkan juga, karena efeknya bukan lagi soal percaya diri menurun, tapi kesehatan mental yang terusik.
Seperti apa sebenarnya body shamming itu? Apa tanda kalau kita jadi pelaku body shamming? Ketika sesama perempuan harusnya saling menguatkan, apa yang sebaiknya kita lakukan? NOVA membahasnya di edisi minggu ini.
Semoga memperkaya dan mempertajam empati kita. Praktek terdekat? Di postingan medsos seseorang, juga pesta Natal atau Tahun Baru dengan teman dan keluarga. Ingat, mari kita comment yang baik dan bertanggung jawab, ya, Sahabat NOVA.
Salam hangat,
Indira Dhian Saraswaty