"Aku kayak begini garagara kamu, tau! Siapa suruh lubang kunci pintu kamar mandi yang rusak enggak pernah diganti-ganti? Pintu bolong kelamaan gitu, kan, jadi kelihatan siapa yang mandi. Kalau kamu ganti, ya enggak mungkin lah mata aku bisa lihat lihat ke dalam! Mana dia tiap hari suka pake rok dan celana pendek di rumah. Kalau kamu ajarin dan awasin, ya, enggak akan jadi begini lah!” Ini kisah nyata. Ini perkataan seorang laki-laki yang baru saja tertangkap basah mengintip anak perempuan tirinya tengah mandi.
Lanjutan ceritanya bak kisah dalam rubrik “Peristiwa” di NOVA. Sang ibu merasa berbagi salah dan tanggung jawab atas perbuatan sang suami pada putrinya. Kalau saja dia membetulkan lubang kunci yang rusak itu, mungkin si suami tak akan terpikir atau tergoda untuk “menyentuh” anaknya. Ini kebohongan besar yang jadi sebuah kebenaran di pikiran sang ibu. Si suami berhasil memanipulasi pikiran istrinya untuk menyalahkan dirinya sendiri. Duh, kalau aja kunci rusak itu kubeli dan kubetulkan dari kemarin. Kenapa juga aku biarkan rusak kelamaan. Kok, aku bisa biarkan ini terjadi sama anakku?
Yang dilakukan oleh si suami, Sahabat NOVA, termasuk dalam tindakan yang disebut gaslighting, dan ini berbahaya. Di luar nama atau istilah yang kebaratbaratan, sulit disebut, atau amat sangat asing, istilah ini mewakili fenomena yang sungguh terjadi di antara kita. Ancaman ini kadang nyaris tak terasa. Bisa jadi kita menganggapnya sekadar pernyataan biasa saat seseorang sedang kesal. Nyatanya, ini sesuatu yang mengerdilkan rasa percaya diri, dan jika dibiarkan bisa berujung tidak kekerasan fisik, kekerasan emosional, dan seterusnya.
NOVA merasa pengetahuan soal gaslighting amat penting untuk perlindungan dan keselamatan fisikmental kita sekeluarga. Jadi kami membahasnya di edisi ini agar kita, Sahabat NOVA, bisa berlatih melihat tanda dan gejalanya. Lalu, memberanikan diri untuk menghindari dan menghentikannya. Tidak. Jangan sampai ini terjadi pada kita. Kita punya kekuatan dan kemampuan untuk memadamkan gaslighting bahkan di percikan pertama.
Salam hangat, Indira Dhian Saraswaty