Jadi detektif dan astronaut! Itu dua cita-cita saya semasa kecil. Saya bermimpi menginvestigasi petunjuk-petunjuk dan memecahkan sandi-sandi rahasia, lalu menjelajah alam semesta dengan pesawat luar angkasa. Lalu, fast forward ke hari ini. Jelas cita-cita itu tidak tercapai, hehe. Seperti beberapa anak kecil lain yang lalu tumbuh dewasa, mungkin ada juga yang tidak terlalu kecewa saat mimpinya pupus. Antara mimpinya berubah di tengah jalan, atau mereka jadi realistis dan menyesuaikannya dengan keadaan.
Rasanya saya campuran keduanya. Satu, ibu saya bisa jantungan kalau pekerjaan anaknya melibatkan senjata, penjahat, dan kasus kriminal, seperti yang mungkin akan dialami seorang detektif. Dua, masuk SMP saya harus berkacamata dan Indonesia bukanlah negara yang mengedepankan penelitian kedirgantaraan dan luar angkasa, sehingga impian jadi pilot, apalagi astronaut, seperti mustahil.
Tapi ya, Sahabat NOVA, kalau saya melihat lagi antara pekerjaan saya sekarang dengan dua mimpi tadi, saya akhirnya menemukan sebuah benang merah. Seorang jurnalis itu juga kerjanya mirip detektif, lo. Mencari petunjuk dan fakta, untuk membuktikan sebuah kebenaran. Jurnalis juga mirip astronaut, karena seringkali menjelajah ranah-ranah yang belum pernah tersentuh sebelumnya.
Jadi saat ini, saya merasa mimpi saya sedikit banyak terwujud. Outputnya mungkin beda, tapi tetap patut disyukuri karena impian bagus terwujud bagus pula. Coba kalau impian tidak sama dengan kenyataan, jelas akan menggelisahkan. Namanya jadi mimpi buruk. Maunya aman dalam perlindungan aparat. Eh, malah jadi korban kekerasan seksual.
Inginnya dikasihi dan dirawat orangtua, kita malah merasa ditelantarkan. Niatnya setelah vaksin jadi bebas penyakit, eh, malah positif Covid-19. Atau seperti cerita Nagita Slavina di edisi ini. Mimpi hal buruk soal Raffi, lalu (misalnya) mendapati bahwa hal itu terwujud. Duh, bisa pusing kepala dan berlinang air mata itu. Kalau mimpi yang bagus saja bisa berubah karena situasi dan kondisi, mimpi buruk pun sama. Bisa kita ubah. Pertama, stop membiarkannya berlarut-larut. Kedua, pastikan kita berusaha mewujudkannya.
Misalnya pergi ke psikolog untuk memulihkan hubungan yang rusak, menjaga diri dengan tetap di rumah agar tidak terpapar penyakit, (dan buat kasus seperti Nagita) pastikan kita dan pasangan saling menghormati dan mengasihi. Kalau sudah begitu, tinggal sabar menanti. Karena percayalah, Sahabat NOVA, setiap mimpi selalu bisa jadi kenyataan.
Salam hangat, Indira Dhian Saraswaty