Belakangan ini, jejaring sosial dan platform musik TikTok tengah hangat dengan video beberapa orang yang curhat mengenai tagihan paylater mereka di salah satu marketplace. Bukan hanya ratusan ribu, bahkan ada yang tagihannya mencapai puluhan juta karena bunga dan dendanya. Saking bertumpuk dan tiada habisnya, ada yang sampai menangis dan mengaku stres karenanya. Miris, memang. Semestinya, fitur paylater hadir untuk memudahkan kita, bukan malah menjebak.
Tak dapat dimungkiri banyak dari kita yang juga terbantu transaksinya oleh fitur yang satu ini. Namun, perlu kita ingat serta sadar bahwa sistem “pakai dulu baru bayar belakangan” ini tetap saja merupakan metode berutang. Makanya, tetap harus bijak dan hati-hati jika memang terpaksa harus menggunakannya. Lantas, bagimana cara tepat pakai layanan paylater agar enggak terlilit dan jadi pelik?
Pertimbangkan 5 Hal. Meski fitur paylater terkenal mudah dan praktis dalam urusan ketentuan syarat pendaftaran dan penggunaannya, sebelum menggunakannya Anda tetap harus mempertimbangkan beberapa hal. Seenggaknya lima hal berikut ini.
Pertama, urgensi kebutuhan. Dalam beberapa kondisi dan kebutuhan, menggunakan fitur paylater sebagai jalan keluar memang masih bisa ditolelir. Kebutuhan seperti apa? Pertama, kebutuhan yang produktif, seperti untuk membantu mempertahankan jalannya usaha. Kedua, kebutuhan darurat dan mendesak, seperti harus membeli laptop atau smartphone yang rusak atau untuk anak agar bisa menjalankan ketentuan belajar dari rumah dengan mumpuni.
Yap, lebih baik gunakan fitur paylater untuk kegiatan yang non-komsumtif. Terlalu besar risikonya untuk menggunakan paylater hanya untuk kegiatan konsumtif, seperti untuk berburu diskon dan promo semata. Toh, untuk hal itu bisa Anda capai dengan cara lain seperti menabung atau mengumpulkan poin, misalnya.
