Katanya, cinta datang dari hati, bukan dari pikiran. Jadi tak heran kalau ada ungakapan cinta itu buta. Karena saat kita jatuh cinta, kita bisa menjadi buta alias tak sanggup melihat hal-hal yang nyata yang bisa jadi buruk melainkan hanya bisa melihat apa yang ingin kita lihat yang biasanya indah. Saat jatuh cinta kita tak ingin diganggu oleh kenyataan pahit. Semua it’s okay, asal saling cinta.
Tapi, ketika cinta yang murni datang hati itu disahkan secara hukum (baca: dilanjutkan ke jenjang pernikahan), urusannya bukan lagi hati semata. Karena kita jadi terikat pada sejumlah peraturan-peraturan negara maupun peraturan agama. Karena itu, sesungguhnya wajar saja ketika sebelum memasuki ikatan hukum yang berisi pasal-pasal itu, pasangan calon suami-istri membuat kesepakatan. Istilahnya perjanjian pranikah. Semacam janjian “kalau nanti terjadi hal seperti itu, kita sepakat begini, ya”.
Banyak orang yang menganggap perjanjian pranikah kurang elok. Seperti meragukan ketulusan cinta itu sendiri. Padahal ini, kan, hal yang logis. Bikin perjanjian yang disepakati kedua belah pihak, untuk kepentingan kedua belah pihak juga. Emang, enggak boleh ada hal logis menyertai cinta? Emang cinta harus buta? Kalau kita berpikir holistik bahwa semua organ tubuh saling terkoneksi dan saling memengaruhi, mestinya tak apa-apa kalau untuk urusan cinta, hati dan pikiran (alias otak) bekerja sama demi kebaikan berdua.
Untuk Anda yang masih penasaran dengan seluk-beluk perjanjian pranikah karena beberapa artis membuatnya, termasuk LestiBillar yang baru-baru ini menikah dan Venna Melinda yang sudah merasakan manfaatnya NOVA edisi ini mengupas tuntas soal perjanjian pranikah. Setelah tamat membaca, bolehlah Anda pikirkan, Anda setuju atau tidak? Anda ingin membuat (untuk diri sendiri) atau bakal menyarankan (untuk adik, kakak, anak) atau tetap tak setuju? Tapi jangan memutuskan sebelum tamat sampai kalimat terakhir, ya!
Salam cinta, Made Mardiani Kardha