“Lebay pranikah. Memang enggak percaya sama pasangan?” banget pakai perjanjian Pertanyaan itu seakan berseliweran di media sosial Lesti Kejora dan Rizky Billar, kala mendeklarasikan perjanjian pranikah yang dibuatnya sebelum sah menjadi suami-istri. Dalam perjanjian yang ditandatangani di atas materai itu, ada beberapa poin yang sudah disepakati keduanya, seperti saling terbuka mengenai pin ATM dan password handphone masing-masing, berkabar melalui video call, mencium kening, hingga tak boleh terpisahkan guling kala tidur bersama.
Gara-gara Lesti-Billar, perjanjian pranikah kembali menjadi sorotan. Tak sedikit yang berpikir keberadaan perjanjian pranikah menjadi tanda keraguan dan ketidakpercayaan di antara pasangan dalam perkawinan. Bukan apa-apa, pasalnya beberapa perjanjian pranikah tak jarang berisi masalah pemisahan harta, tak seperti milik Lesti-Billar.
Padahal kan, namanya rumah tangga, susah senang harus dilalui bersama. Kok, harta dipisah-pisah, ya? Memang, perjanjian pranikah itu apa, sih, fungsinya? Berbagai Alasan Sama seperti namanya, perjanjian pranikah atau dikenal juga dengan prenuptial agreement, adalah perjanjian yang dibuat sebelum menikah atas persetujuan dua belah pihak (suami dan istri). Hal ini juga sudah diatur dalam Undang-undang Pasal 29 UU No. 1 tahun 1974 jo.
Mungkin bagi sebagai orang, perjanjian pranikah seperti gambaran keraguan akan pasangan atau bisa juga seakan mempersiapkan perpisahan. Jadi seperti tabu untuk dilakukan. Toh, yang namanya menikah, kan penginnya sekali seumur hidup, ya. Namun, menurut Windi Berlianti, founder Ruang Hukum sekaligus Advocates & Legal Consultants, perjanjian pranikah tak melulu demikian. Sehingga hal ini menjadi sangat penting dilakukan untuk melindungi hak suami maupun istri selama berumah tangga.
