Jika bisnis online yang kita geluti menghasilkan banyak keuntungan, rasanya kepengin juga bikin toko offline. Apalagi, punya toko yang “berwujud” rasanya jadi kebanggaan tersendiri bagi seorang pebisnis. Lalu seakan menambah kredibilitas bisnis yang kita jalankan. Selain itu, di tengah menjamurnya toko online, pembelanjaan berbasis offline juga tetap memegang peranan penting dalam keputusan belanja konsumen.
Meski agak sedikit turun, sih, selama masa pandemi. Jadi, perlu atau tidak, nih, buka toko offline? Kalau kata Tejasari Asad, CFP., Konsultan Keuangan, boleh-boleh saja. Asal mempertimbangkan beberapa hal berikut. Apa saja?
Harus punya merek dan keunikan. Sebelum membuka toko offline, pastikan Anda adalah pemilik brand, bukan reseller yang mengambil barang. Jika reseller, lebih baik jangan membuka toko offline, karena akan kurang aman dari keuangan. Pasalnya, keuntungan reseller relatif kecil dan mudah tersaingi karena barang dengan merek yang sama bisa ditemukan di manamana.
Sementara, jika Anda memang pemilik toko online dengan brand sendiri, maka rencana membuat toko offline lebih aman dilakukan. Secara keuntungan pun ada peluang lebih besar dan memungkinkan untuk menutup biaya operasional toko. “Sebaiknya memang ada brand. Jadi orang ngeh, dan mencari kita. Dengan toko offline itu, kan, brand yang dipamerin. Tapi, kalau kita ambil dari toko lain (reseller, red.), ya semua orang juga bisa mencari di toko-toko yang lain. Enggak ada guna offline store-nya,” jelas Tejasari saat dihubungi NOVA.
Selain brand, kita juga harus tahu keunikan produk kita yang dapat membuat orang datang dan membeli. Bukan apa-apa, kalau kita jualan di pinggir jalan, mungkin orang yang lewat yang akan mampir. Tapi, kalau lokasi toko Anda agak dalam, kan jadi tantangan. Untuk itu, harus punya keunikan produk supaya orang mau cari jauhjauh ke tempat Anda.
