Enggak cuma kita orang dewasa yang bisa marah-marah, anak-anak pun bisa marah. Cara mengekspresikannya pun beragam, ada yang berteriak, menangis, memukul, atau bahkan tantrum hingga berguling-guling di lantai.
Sayangnya nih, enggak jarang respons yang diberikan orangtua malah ikutan marah atau bahkan mungkin berteriak. Seakanakan anak yang mengeluarkan emosinya adalah suatu hal yang sangat buruk dan salah. Padahal marah itu wajar, terlebih untuk anak di usia 3 sampai 5 tahun, di mana mereka masih belum bisa mengontrol emosi sepenuhnya.
Sebelum merespons si kecil yang sedang marah atau bahkan hingga tantrum, menurut Saskhya Aulia Prima, M.Psi., psikolog dari TigaGenerasi, pertama orangtua harus tahu, bahwa marah apalagi sampai tantrum adalah ekspresi si kecil ketika merasakan emosi besar dan merasa tidak nyaman.
“Rumusnya, kalau anak emosi, ibu jangan ikut emosi. Karena kalau kita marah, kita menambah sinyal emergency bahaya ke anak. Jadi kalau kita teriak biasanya sama, mereka akan marah juga,” kata Saskhya, kepada NOVA belum lama ini. Kalaupun anak tidak balik marah, biasanya ia akan menangis, atau bisa jadi mungkin menjadi lebih tenang, namun bukan karena mereka bisa atur emosinya, melainkan karena mereka merasa ketakutan.
Dan tentu saja kita enggak mau jika hingga dewasa anak masih belum bisa mengatur emosi, kan? “Rumusnya, kalau anak emosi, ibu jangan ikut emosi. Karena kalau kita marah, kita menambah sinyal emergency bahaya ke anak.” Lantas bagaimana sebaiknya cara yang tepat menghadapi anak yang sedang marah?
Tabloid NOVA di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.