Teman yang "Ter..."
Saya punya seorang sahabat perempuan. Berkenalan karena satu sekolah saat SMA, lalu menemukan kecocokan, dah akhirnya berteman, lalu bersahabat. Sampai kini, berpuluh-puluh tahun kemudian.
Saya menyebutnya sahabat terbaik, terdekat, dan ter-ter lainnya, karena menurut saya dia punya andil dalam “membentuk” karakter saya. Bahkan saya sering bertanya-tanya sendiri, bila di masa itu saya tidak bertemu dengan dia, apakah saya jadi orang yang seperti sekarang? Bila saat ini puluhan tahun kemudian kalau ketemu kita kuat ngobrol lebih dari 5 jam, bukan karena kita sama-sama bawel.
Bila saat ini walau jarang banget ketemu kita bisa enteng curhat soal pasangan, bukan karena kita sama-sama “ember”. Itu semua bisa terjadi karena kita samasama merawat hubungan ini. Ya, teman perlu dipelihara. Meski enggak bisa ketemu.
Menanyakan kabar, saling berkirim hadiah di hari spesial, atau bahkan sekadar memikirkannya saja sudah merupakan bentuk kita memelihara hubungan emosional dengannya. Mungkin saat ini saya bukan teman yang paling sering dia pikirkan, dia ajak ngobrol, atau dia curhatin. Begitu pun sebaliknya.
Tapi apa yang pernah kita lewati bersama di masa lalu, menempati posisi terbaik di hati kita. Oya, dia bukan satu-satunya teman dekat saya. Ada beberapa orang yang hadir dan juga punya andil dalam membentuk saya.
Sekarang, ketika saya sudah sangat-sangat dewasa alias tua ya sahabat-sahabat dari masa lalu inilah yang bisa bikin saya happy, merasa tak sendiri. Saat stres, gundah, saya bahagia bisa menghubunginya, lalu bertukar cerita dengan mereka.
Suami? Dia ada, menjalankan perannya sendiri sebagai suami. Tapi teman tak bisa digantikan oleh suami. Semoga Sahabat NOVA juga selalu rajin merawat pertemanan dengan para sahabat. Oya, ulasan soal sahabat, bisa Anda nikmati di Isu Spesial edisi ini.
Salam persahabatan,
Made Mardiani Kardha