Wajar rasanya ketika anak memasuki usia remaja yakni 11-13 tahun, mereka mulai tertarik pada lawan jenis, bahkan mungkin ada yang sudah mulai berpacaran. Tapi bagaimana jadinya, kalau anak kita yang masih di bangku SD sudah mengaku punya pacar? Tentu ini bikin kita sebagai orangtua jadi khawatir.
Ratih Zulhaqqi, S.Psi, M.Psi, psikolog anak pun menuturkan bahwa umumnya seseorang baru tertarik pada lawan jenis saat memasuki usia remaja. Itu pun konteks ketertarikanya berbeda dengan kita orang dewasa. Anak remaja umumnya sekadar kagum pada teman lawan jenisnya. Kata Ratih, paling-paling baru sebatas, “Oh ini anak pintar, terus dia senang lihat temannya yang pintar.”
Salah Persepsi. Menurut Ratih, pacaran adalah relasi yang intim, sehingga kalaupun ada anak kecil yang sudah berpacaran, kita wajib cari tahu dulu bagaimana pandangan anak soal pacaran ini. Apalagi, seringnya hal ini terjadi karena kesalahan orang dewasa, yang akhirnya membuat anak-anak salah persepsi mengartikan pacaran.
“Kebanyakan orang dewasa yang menggadang-gadang kalau ada anak lagi main sama temannya yang lawan jenis langsung di-cie-cie (digoda, red.), sehingga kadang anak juga jadi bingung. Oh ternyata pacar itu teman, oh iya berarti pacar aku banyak. Karena ada beberapa anak yang belum paham,” kata Ratih.
Karena kemungkinan besar pemahaman soal pacaran berbeda dengan orang dewasa, kita harus bijak saat menghadapinya. Berikut ini cara menyikapi anak kecil pacaran.
1. Jangan langsung emosi
Agar anak tetap nyaman, jangan sampai si kecil merasa terhakimi. Sebaiknya, orangtua mendengarkan terlebih dulu cerita si anak secara utuh. Kemudian baru kita coba melihat dari sudut pandang mereka. Ketika merasa didengar, anak pasti akan lebih banyak bercerita.
