Memahami Tindak Kekerasan
Saya enggak punya pengalaman jadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Pun tak banyak orang-orang dekat saya yang mengalami. Tapi saya cukup menyukai film mengenai KDRT film semi dokumenter atau film yang diangkat dari kisah nyata.
Melalui film semi dokumenter in, saya berusaha memahami, mengapa ada yang namanya tindak KDRT di dunia ini. Yang bikin saya ingin tahu lebih jauh adalah, KDRT ini sifatnya lintas budaya. Walaupun setiap kasus punya keunikan, peristiwa yang terjadi di Indonesia atau di Amerika Serikat sana, memperlihatkan pola yang miripmirip, dari si pelaku ataupun korban.
Banyak orang yang bertanya, “Kenapa dia memukul istrinya? Karena marah lalu hilang kendali?” Bukan. Pelaku KDRT tidak “hilang kendali”. Mereka justru “memegang kendali” sepenuhnya. Karena KDRT adalah masalah kekuasaan dan kontrol. Lalu, banyak pula orang bertanya kepada korban, “Kenapa tidak pergi saja?” Ternyata tak sesimpel itu.
Karena ini adalah masalah kontrol, pelaku hampir selalu berhasil memanipulasi pikiran korban bahwa ia tidak bisa pergi. Seperti ada ribuan alasan mengapa seseorang melakukan KDRT, ada beribu alasan juga mengapa seorang korban tidak bisa pergi dari hubungan tersebut.
Dua teman saya yang pernah mendapat KDRT, punya akhir yang berbeda. Yang satu, sekali pukulan membuatnya langsung memutuskan untuk bercerai. Yang satu lagi, satu tamparan membuat mereka berpisah sementara, lalu sama-sama memperbaiki diri dan masih bersama hingga saat ini tanpa ada kekerasan lagi.
Saya bisa memahami langkah yang diambil oleh kedua teman saya itu. Tapi sebanyak apa pun film kisah nyata yang saya tonton, saya tetap tidak bisa memahami mengapa ada yang namanya KDRT. Bila Anda ingin mencoba memahami seperti saya, ulasan lengkapnya ada di Isu Spesial edisi ini. Dengan memahami, kita bisa berikan pertolongan pada orang dekat kita yang menjadi korban.
Salam hangat, Made Mardiani Kardha