Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Ensiklopedi Tokoh Nasional : A.H. Nasution

1 Pembaca
Rp 119.000 15%
Rp 101.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 303.000 13%
Rp 87.533 /orang
Rp 262.600

5 Pembaca
Rp 505.000 20%
Rp 80.800 /orang
Rp 404.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Meniti karir sebagai seorang guru, Nasution kemudian banting stir masuk ke Milisi Hindia Belanda menjelang pecahnya Perang Dunia II. Mempunyai pengalaman tempur saat mempertahankan kota Surabaya dari serbuan Balatentara Jepang di awal tahun 1942.

Selama Perang Kemerdekaan menjadi Panglima Divisi Siliwangi di Jawa Barat. Menjelang serbuan Belanda terhadap Ibukota Yogyakarta, menduduki jabatan Wakil Panglima Besar (Wapangsar) dan menjadi perwira yang paling dipercayai Jenderal Soedirman. Jabatannya pada masa Agresi Militer Belanda II adalah Panglima Tentara & Teritorium Djawa (PTTD).

Dua kali menjabat sebagai KSAD (tahun 1949-1952) dan (tahun 1955-1962), Jenderal Nasution kemudian menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KSAB) merangkap Menko Hankam.

Jenderal Nasution selalu hadir sebagai sosok perwira yang menentukan ketika Angkatan Darat Ri terdera oleh berbagai masalah dan konflik. Dengan senioritas dan kualitas kepemimpinannya, Angkatan Darat dapat dipersatukan.

Dikenal sebagai sosok yang tidak ambisius tapi selalu mendapatkan tekanan dan tuduhan semenjak masa pemberlakuan Demokrasi Terpimpin hingga selama masa rezim Orde Baru.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Agus Salim

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023507009
Terbit: Juni 2023 , 110 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Meniti karir sebagai seorang guru, Nasution kemudian banting stir masuk ke Milisi Hindia Belanda menjelang pecahnya Perang Dunia II. Mempunyai pengalaman tempur saat mempertahankan kota Surabaya dari serbuan Balatentara Jepang di awal tahun 1942.

Selama Perang Kemerdekaan menjadi Panglima Divisi Siliwangi di Jawa Barat. Menjelang serbuan Belanda terhadap Ibukota Yogyakarta, menduduki jabatan Wakil Panglima Besar (Wapangsar) dan menjadi perwira yang paling dipercayai Jenderal Soedirman. Jabatannya pada masa Agresi Militer Belanda II adalah Panglima Tentara & Teritorium Djawa (PTTD).

Dua kali menjabat sebagai KSAD (tahun 1949-1952) dan (tahun 1955-1962), Jenderal Nasution kemudian menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KSAB) merangkap Menko Hankam.

Jenderal Nasution selalu hadir sebagai sosok perwira yang menentukan ketika Angkatan Darat Ri terdera oleh berbagai masalah dan konflik. Dengan senioritas dan kualitas kepemimpinannya, Angkatan Darat dapat dipersatukan.

Dikenal sebagai sosok yang tidak ambisius tapi selalu mendapatkan tekanan dan tuduhan semenjak masa pemberlakuan Demokrasi Terpimpin hingga selama masa rezim Orde Baru.

Pendahuluan / Prolog

Pendahuluan
Jenderal Besar TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution (1918-2000) adalah salah seorang tokoh besar dan pahlawan nasional Indonesia dari kalangan militer atau tentara Indonesia. Pak Nas—demikian panggilan akrabnya—dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya dalam perang melawan Belanda yang tertuang dalam karyanya berjudul Strategy of Guerrilla Warfare. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing dan menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elite bagi militer dunia, West Point Amerika Serikat.

Selain itu, Pak Nas adalah konseptor Dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang disampaikan pada tahun 1958 dan kemudian diadopsi selama pemerintahan Presiden Soeharto. Konsep dasar yang ditawarkan itu merupakan jalan agar ABRI tidak harus berada di bawah kendali sipil, tetapi pada saat yang sama, tidak boleh mendominasi sehingga menjadi sebuah kediktatoran militer. Meski pernah menuai kecaman atas perannya sebagai konseptor Dwi Fungsi ABRI yang dikutuk di era reformasi, jasa besar beliau tak dapat dilepaskan dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI hingga masa Orde Baru. Dwi Fungsi ABRI akhirnya dihapus karena desakan gerakan reformasi tahun 1998.

Sejak kecil, Pak Nas senang membaca cerita sejarah. Anak kedua dari tujuh bersaudara ini melahap buku-buku sejarah, dari Nabi Muhammad Saw sampai perang kemerdekaan Belanda dan Perancis. Lulus dari AMS-B (SMA Paspal) pada 1938, beliau menjadi guru di Bengkulu dan Palembang. Tetapi kemudian beliau tertarik masuk Akademi Militer. Dalam Revolusi Kemerdekaan I (1946-1948), beliau diberi wewenang untuk memimpin Divisi Siliwangi. Ketika itulah muncul ide tentang perang gerilya sebagai bentuk perang rakyat. Metode perang ini dikembangkan setelah Pak Nas menjadi Panglima Komando Jawa dalam masa Revolusi Kemerdekaan II (1948-1949).

Daftar Isi

Cover Depan
Halaman Prancis
Halaman Judul
Copyright
Kata Pengantar
Daftar Isi
Masa Kecil di Huta Pungkut
Masa Pendidikan dan Sebagai Guru
Memasuki Dunia Militer
Mempertahankan Kemerdekaan
Mempersatukan Angkatan Darat
Pembebasan Irian Barat
Bersebrangan dengan Bung Karno
Peristiwa GESTAPU
Menjadi Ketua MPRS
Dicekal Rezim Orde Baru
Buku-Buku Karya A.H. Nasution
Daftar Pustaka
Sumber Gambar
Tentang Penulis
Cover Belakang