Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Pendidikan untuk Kearifan: Mempertimbangkan Kembali Sistem Nilai, Belajar, dan Kecerdasan

1 Pembaca
Rp 69.000 15%
Rp 58.650

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 175.950 13%
Rp 50.830 /orang
Rp 152.490

5 Pembaca
Rp 293.250 20%
Rp 46.920 /orang
Rp 234.600

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buah pikir hasil perenungan dan kajian Pak Sanusi itu dibuat dalam bentuk skema, gambar, dan bagan. Ada berlembar-lembar. Isinya intisari dan ikhtisar pemikiran Pak Sanusi yang berkaitan dengan nilai dan sistem nilai, belajar, berpikir, dan manajemen penadidikan di tengah lingkungan yangrumit dansemrawut (complex and chaos).

Tentu sayang bila hanya diedarkan sebagai pengetahuan untuk kalangan yang sangat terbatas. Perlu lebih banyak orang yang memahami dan mengetahui konsep-konsep tersebut. Ringkasnya, perlu dipublikasikan sehingga bisa menjadi bahan pemikiran bagi kalangan yang lebih luas.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Prof. Dr. Achmad Sanusi

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023502844
Terbit: Agustus 2017 , 244 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buah pikir hasil perenungan dan kajian Pak Sanusi itu dibuat dalam bentuk skema, gambar, dan bagan. Ada berlembar-lembar. Isinya intisari dan ikhtisar pemikiran Pak Sanusi yang berkaitan dengan nilai dan sistem nilai, belajar, berpikir, dan manajemen penadidikan di tengah lingkungan yangrumit dansemrawut (complex and chaos).

Tentu sayang bila hanya diedarkan sebagai pengetahuan untuk kalangan yang sangat terbatas. Perlu lebih banyak orang yang memahami dan mengetahui konsep-konsep tersebut. Ringkasnya, perlu dipublikasikan sehingga bisa menjadi bahan pemikiran bagi kalangan yang lebih luas.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Buku ini bermula dari tiga bahan bacaan yang diperlihatkan Prof. Dr. Achmad Sanusi kepada saya. Ketiganya disebut sebagai bacaan penting dan luar biasa. Dan memang, setelah dibaca, sungguh merupakan bacaan yang mengilhami dan membukakan wawasan.

Ketiga bacaan itu adalah buku tulisan Steven Silbiger, The Jewish Phenomenon: 7 Keys to the Enduring Wealth of a People (2009), disertasi Richard Hawley Trowbridge yang berjudul Project Demonstrating Excellence: The Scientific Approach of Wisdom (2005) dan disertasi Gabrielle C. Hurley, Toward the ‘Smart State’: The Teaching and Learning of Thinking Skills (2003). Ketiga bacaan itulah yang dipadukan dengan konsep belajar, berpikir dan sistem nilai yang digagas Pak Sanusi—begitu kami memanggil Prof. Dr. Achmad Sanusi—yang sering dikemukakan saat memberikan kuliah, yang melandasi apa yang disajikan dalam buku ini.

Buah pikir hasil perenungan dan kajian Pak Sanusi itu dibuat dalam bentuk skema, gambar, dan bagan. Ada berlembar-lembar. Isinya intisari dan ikhtisar pemikiran Pak Sanusi yang berkaitan dengan nilai dan sistem nilai, belajar, berpikir, dan manajemen penadidikan di tengah lingkungan yangrumit dansemrawut (complex and chaos).

Tentu sayang bila hanya diedarkan sebagai pengetahuan untuk kalangan yang sangat terbatas. Perlu lebih banyak orang yang memahami dan mengetahui konsep-konsep tersebut. Ringkasnya, perlu dipublikasikan sehingga bisa menjadi bahan pemikiran bagi kalangan yang lebih luas.

Sudah barang tentu, skema, gambar, dan bagan tersebut mencerminkan bidang perhatian Pak Sanusi. Di dalamnya ada konsep-konsep Barat yang sudah dikenal namun konsep-konsep itu dikajinya secara kritis dan diberi sentuhan keislaman. Dengan kata lain, konsep-konsep Barat tadi dibaca dan dikaji secara kritis lalu “diislamkan”.

Karena bagi Pak Sanusi, nilai-nilai keislaman itu tidak boleh dan tidak bisa dilepaskan dari ilmu pengetahuan dan segenap urusan hidup manusia. Nilai-nilai itu melekat dalam setiap pikiran, perkataan dan tindakan manusia di mana pun dan dalam bidang apa pun.

Dari situlah kemudian dikembangkan menjadi naskah untuk buku ini. Dipilih dan dipilah untuk disistematisasikan, kemudian dilengkapi dengan rujukan lain. Maka tersajilah buku yang sesungguhnya memuat topik besar yang terbentang mulai dari sistem nilai, belajar hingga kebijaksanaan atau kearifan. Hal-hal tersebut merupakan satu kesatuan namun sekarang seperti terlepas satu sama lain.

Sistem nilai yang diperkenalkan Pak Sanusi ini berupaya untuk memadukan topik atau tema besar tersebut, untuk memahami sistem-sistem dalam dunia sosial kita yang bisa dipergunakan untuk mencapai kemajuan. Selain itu, buku ini bisa dipandang sebagai pendalaman dari buku karya Pak Sanusi yang terbit sebelumnya, Sistem Nilai: Alternatif Wajah-wajah Pendidikan (Bandung: Nuansa Cendekia, 2015).

Ada bagian yang seperti mengulang yang sudah disajikan dalam buku tersebut, namun pengulangan itu diberi konteks baru yang disesuaikan dengan perkembangan pemikiran. Bahkan, pada banyak bagian dilakukan pendalaman sebagai bagian dari upaya merumuskan apa yang dinamakan Teori Umum tentang Nilai (General Theory of Values) yang berisikan nilai-nilai teologis, etishukum, logis-rasional, estetika, fisik-fisiologis dan teleologis.

Dalam buku Silbiger misalnya, dikemukakan nilai-nilai yang melandasi kehidupan orang Yahudi sehingga membuat bangsa ini menjadi menguasai dunia dalam berbagai bidang. Mulai dari industri keuangan sampai industri hiburan. Dan bagi Pak Sanusi, seperti sering dikemukakannya, kita orang Islam pasti lebih unggul karena agama yang kita anut ini merupakan agama terbaik dan terjaga keaslian kitab sucinya.

Nilai-nilai Islam tentu akan mendorong kemajuan umat Islam untuk meraih kebahagiaan. di dunia dan akhirat. Dalam sejarah, umat Islam terkenal dengan berbagai penemuan ilmiah dan teknologinya, yang warisan khazanah pengetahuan itu melahirkan peradaban modern sekarang ini.

Nilai-nilai yang melandasi hidup kita sebagai orang Islam dan orang Indonesia perlu direaktualisasikan dan diwujudkan dalam perikehidupan bersama. Nilai-nilai ini bisa menjadi driving forces yang luar biasa apalagi bila disandingkan dengan pengembangan kemampuan dan kemauan kita berpikir. Tentu, dengan tidak melupakan dan selalu meminta pertolongan dan petunjuk Allah Swt. Tidak juga mengabaikan perintah dan larangan serta hukumhukum-Nya dalam kehidupan.

Selanjutnya, dalam buku ini keterkaitan antara pengetahuan, belajar, berpikir, sistem nilai dan kearifan dipertemukan. Kearifan yang mencerminkan hasil belajar, pengetahuan dan sistem nilai mewujud dalam jatidiri dan tindakan manusia sebagai karakter. Karakter yang bukan polesan melainkan merupakan jatidiri manusia yang diwujudkan dalam tindakan yang bukan pura-pura atau sekadar lagak dan gaya.

Pada dasarnya, tema sentral buku ini adalah sistem nilai yang melandasi belajar, berpikir dan kearifan. Belajarnya juga bukan sekadar belajar, melainkan berlandaskan enam sistem nilai, yang membuat kita bisa merumuskan apa yang dipelajari, bagaimana mempelajarinya dan untuk apa dipelajari. Belajar itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan pura-pura belajar atau sedang seolah-olah belajar.

Belajar juga bukan sekadar belajar untuk ingat atau tahu, melainkan membangkitkan kesenangan pada apa yang dipelajari dan mendorong kehendak yang kuat untuk melakukannya dengan disertai keimanan/kepercayaan dan kemampuan mengelola. Pemikiran, perkataan dan perbuatan yang dilakukan pun bernuansakan kearifan atau kebijaksanaan, yang diharapkan akan membawa pada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Hal lain yang sering mendapatkan penekanan adalah soal berpikir. Pak Sanusi sering menyindir, banyak orang menghindar dari berpikir. Diberi persoalan sedikit pelik saja, langsung menghindar dan tidak mau berpikir dengan alasan “bikin pusing” atau “pusing mikirnya”. Padahal berpikir merupakan kemampuan penting yang dianugerahkan pada manusia.

Karena itu, Pak Sanusi sering mengajak untuk memperhatikan bagaimana proses berpikir itu, bagaimana kita memahami dan mengetahui otak kita sehingga kita bisa memahami apa yang dinamakan berpikir. Secara halus, Pak Sanusi sering mengajak untuk serius memperhatikan mekanisme kerja otak dan sel-sel otak, agar kita memahami otak kita dan mendorong meningkatkan kemampuan otak.

Biasanya ajakan ini disertai dengan mengingatkan betapa banyaknya ayat Al-Quran yang menantang dan mengajak berpikir. Satu hal lain yang penting yang dikemukakan dalam buku ini, yang juga sering dikemukakan Pak Sanusi dalam berbagai kesempatan adalah soal kepura-puraan. Betapa seringnya kita berpura-pura atau hidup dalam keseolah-olahan, seperti seolaholah belajar, seolah-olah paham atau pura-pura yang lainnya, sehingga membuat kita menjadi demikian formalistik.

Kepurapuraan itu, dengan sistem nilai yang dikembangkannya, hendak diubah menjadi kesungguhan. Kita menjadi sungguh-sungguh dalam belajar dan berpikir, sungguh-sungguh dalam memahami keadaan dan kenyataan yang makin rumit dan semrawut, seraya berusaha menghilangkan watak egosentik yang muncul pada pribadi, kelompok atau masyarakat.

Perhatiannya pada kondisi aktual baik pada dunia sosial maupun dunia konseptual sungguh besar. Seringkali Pak Sanusi menyarankan mahasiswanya untuk menggunakan teori-teori dan konsep-konsep baru dalam mengkaji permasalahan, seraya diingatkannya untuk lebih dulu mengkajinya secara kritis dan melihatnya dari perspektif Islam. “Jangan mentang-mentang dari Barat, ditelan mentahmentah begitu saja,” begitu sering diingatkannya saat meminta para mahasiswa untuk mengkritisi teori dan konsep baru itu.

Sikap kritis tersebut tampak dalam buku ini, misalnya saat taksonomi Bloom yang populer itu tidak memasukkan ranah yang justru penting, yakni ranah percaya atau keterampilan percaya. Ini hanya menjadi salah satu contoh saja, bagaimana kritis terhadap teori dan konsep yang dipelajri dan dikaji.

Apa yang dilakukannya itu, menunjukkan Pak Sanusi pada usia 86 tahun, masih bugar fisiknya dan bugar juga pemikirannya. Pada usia itu, Pak Sanusi masih bisa naik tangga ke lantai dua ke ruang kerjanya tanpa kelelahan, seperti yang sering terjadi pada mereka yang berusia 70-an atau 80-an. Biasa saja menaiki anak tangga itu seperti kebanyakan orang yang usianya jauh di bawahnya.

Sungguh karunia Allah Swt yang sangat besar, pada usianya sekarang ini, Pak Sanusi juga masih bugar pemikirannya. Masih menyampaikan gagasan secara runut, rinci dan jelas kepada para mahasiswanya. Bahkan dalam memberi kuliah, masih berdiri dan berjalan-jalan di ruang kelas sepanjang perkuliahan disampaikan.

Cara memberi kuliah seperti ini yang memberi kesan pada mahasiswa, sampai-sampai salah seorang alumni S-2 PPs Uninus yang tinggal di Belitung, pernah menelepon saya dan bertanya, “Apakah Pak Sanusi masih seperti dulu gayanya saat memberi kuliah?” Lulusan yang sudah 10 tahunan meninggalkan kampus ini mengagumi kebugaran pemikiran dan fisik gurunya itu.

Pada penghujung kata pengantar ini, harus diakui adanya banyak pihak yang membantu terwujudnya buku ini. Tentu saja, sudah sepatutnya menghaturkan terima kasih atas segala bantuan dan sumbangsih berbagai pihak itu. Dari sekian banyak nama dan pihak itu, dua di antaranya yang bisa disebutkan yakni Dr. H.

Faroeq Ghoer dan Endrayana, ST yang memberikan kontribusi pembuatan gambar, bagan dan grafik. Sedangkan mereka yang tak disebutkan namanya bukan karena tidak penting, melainkan karena terlalu banyaknya nama yang harus disebutkan, yang mungkin harus disusun menjadi daftar tersendiri.

Akhirnya, buku ini dimaksudkan untuk memperingati hari ulang tahun ke-87 Pak Sanusi. Namun isinya tentu tak terikat “keulangtahunan” melainkan sumbangsih pemikirannya bagi kemajuan bangsa ini, khususnya yang berkenaan dengan nilai dan sistem nilai.

Semoga buku ini memberikan manfaat dan dibaca dengan kritis sehingga membukakan wawasan kita untuk membangun kemajuan bersama. Selamat membaca.

Daftar Isi

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1: Menjelajahi Kearifan
     A. Merumuskan Kearifan
     B. Memaknai Kearifan
     C. Manusia dan Perbuatannya
     D. Diri Manusia
     E. Belajar dari Fakta Keseharian
Bab 2: Kearifan dan Kecerdasan
     A. Kecerdasan Manusia
     B. Otak dan Kecerdasan Manusia
     C. Berpikir Tingkat Tinggi
     D. Paradigma Belajar yang Mana?
Bab 3: Kearifan, Kecerdasan dan Sistem Nilai
     A. Apakah Nilai
     B. Sistem Nilai
     C. Tindakan Bernilai
     D. Paradigma Berpikir
Bab 4: Menjelajahi Sistem Nilai
     A. Berpikir Sistem
     B. Enam Sistem Nilai
     C. Hubungan Antarnilai 1
Bab 5: Kecerdasan Berbasis Sistem Nilai
     A. Kerja Otak
     B. Berpikir dan Bernilai
Bab 6: Manusia Bernilai
     A. Manusia dan Belajar
     B. Strategi Belajar
Bab 7: Mengembangkan Pendidikan Bernilai
     A. Tantangan Dunia Pendidikan
     B. Dorongan untuk Maju
     C. Ikhtiar
     D. Manajemen Pendidikan
Indeks
Lampiran
Referensi