Bukan hal yang wajar melihat dua pembalap Yamaha, Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi start dari posisi 12 dan 15. Namun seperti bunyi ungkapan ‘Never Say Never’ yang kini semakin sering terdengar, apapun bisa terjadi di MotoGP. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan alasan untuk menjelaskan kejadian di kualifikasi GP Phillip Island ini. Kondisi trek yang berubahubah setiap menit karena dipengaruhi cuaca tak menentu, membuat pitcrew kesulitan dalam menentukan setup motor yang tepat. Dalam kondisi seperti ini, tak ada cara lain kecuali berjudi. Pakai setup ban basah, sedang atau kering.
Yang menarik di sini adalah hasil kualifikasi itu sendiri. Ketika Lorenzo dan Rossi terpuruk di grid ke-4 dan ke-5, pembalap Honda justru perkasa. Marc Marquez menempati pole position disusul pembalap tim satelit Honda LCR, Cal Crutchlow. Dari sinilah muncul analisa yang mengerucut pada karakter motor Honda dan Yamaha, terkait dengan temperatur ban depan yang sangat menentukan di sesi kualifikasi. “Motor Honda punya tendensi membuat ban depan cepat panas karena cara pengereman dan geometrinya. Dalam kondisi dingin seperti di Phillip Island saat ini, ban depan cepat mencapai suhu kerja ideal. Tapi sebaliknya, dalam kondisi panas, motor Honda sering mengalami masalah. Bahkan, ban depan dengan kompon paling keras pun tak mampu menahan beban yang dihasilkan ketika hard braking,” ulas David Emmett, jurnalis balap sekaligus pengamat MotoGP.
Itulah kenapa, menurut David, Marquez kerap memilih untuk menahan diri ketika menyadari ban depannya overheat. “Baru pada laplap terakhir dia melakukan attack terhadap rival-rivalnya,” tandasnya. Nah, karakter ini bertolak belakang dengan motor Yamaha. “Ban depan pada motor Yamaha harus benar-benar dimiringkan untuk menghasilkan corner speed, yang kemudian akan dipertahankan oleh bagian tepi ban belakang.
