Seiring pertumbuhan penduduk, Indonesia menjadi pasar yang sangat besar untuk penjualan kendaraan roda dua. Tak bisa dipungkiri kalau menghasilkan jumlah penjualan tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara.
Hal tersebut yang membuat para produsen melirik pasar roda dua di tanah air. Tak hanya pabrikan Jepang, beberapa label non-Jepang pun tak mau ketinggalan. Berlomba-lomba meraih sebagian porsi dari total penjualan motor Indonesia.
Hal tersebut diakui pabrikan Royal Enfield. “Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dan nomor satu di Asia Tenggara, untuk penjualan sepeda motor. Menjadikan Indonesia sebagai pasar penting bagi penjualan sepeda motor, sehingga Royal Enfield memutuskan untuk masuk secara resmi ke Indonesia,” kata Didi Fauzie, Marketing and Networks Development PT. Distributor Motor Indonesia, selaku authorized main dealer Royal Enfield.
Yup, berbagai merek-merek ‘tak lazim’ untuk masyarakat umum kini turut meramaikan pasar motor Indonesia. Meskipun mencoba memasarkan produk di tanah air, yang sudah dikuasai oleh merek Jepang, namun strategi tersendiri dipilih oleh pabrikan-pabrikan non-Jepang tersebut, yakni menyasar segmen khusus, bukan pemakai motor biasa.
Hal tersebut didasari dengan karakter beberapa pemakai motor yang menyukai produk beda atau mengejar kebutuhan untuk gaya hidup. “Dunia motor custom sedang ‘seru’, makanya Cleveland Motorcycle menawarkan motor yang sesuai trend sekarang. Dengan tipe-tipe motor ini, konsumen dipermudah untuk memodifikasi motornya sesuai keinginan,” ujar Ari Muliawan, Country Head Sales & Marketing PT Sumatra Motor Indonesia, sebagai pemegang merek Cleveland Motorcycles di Indonesia.
Demikian pula yang ditawarkan SOIB Motorcycle, sebagai brand motor asal Indonesia. “SOIB Motorcycles bisa jadi pilihan untuk yang ingin memiliki motor dengan tampilan beda. Mengikuti kebutuhan motor yang sekarang mengarah pada gaya hidup pula,” tutur Michael Sofyan, Direktur PT Hobby Motor Indonesia pemegang merek SOIB Motorcycle dan Ural.
Jangan heran kalau di jalanan, khususnya kota-kota besar, semakin mudah menjumpai motor-motor ‘tak lazim’ tersebut.