Tampilkan di aplikasi

Buku Peneleh hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Celoteh Sang Muggle:

Kumpulan Tulisan Pendek Refleksi Fenomena Sosial

1 Pembaca
Rp 91.500 15%
Rp 77.775

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 233.325 13%
Rp 67.405 /orang
Rp 202.215

5 Pembaca
Rp 388.875 20%
Rp 62.220 /orang
Rp 311.100

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Mungkin juga ya Celoteh Sang Muggle tidak laku di banyak tempat, apalagi untuk kekuasaan. Gak laku ya karena Muggle itu apa ya? Semua yang Muggle memang tak pernah menjadi basis dari kemapanan, katanya. Tapi gak juga ah… Ingsun percaya bahwa Muggle adalah simbolisasi keterasingan. Ingsun sangat melekat apa yang disampaikan Rasulullah bahwa Islam awalnya dalam keterasingan dan berakhir pada keterasingan. Kalau memang Islam adalah pusat dari kebenaran, maka apa yang Ingsun, katakanlah tidak bisa disebut sebagai Islam, ya gpp, tapi bagi Ingsun, Ingsun tetap ingin mengedepankan fitrah kebenaran (dan bagi Ingsun inilah Islam). Konsekuensinya adalah apa yang Ingsun sampaikan sebagai kebenaran itu terasing di awalnya dan akan terasing pada akhirnya… Maka bagi Ingsun, perjuangan di antara awal dan akhir itu adalah sebuah kemustian, sebuah pesan kesejarahan, bagi ummat yang sadar akan kehadiran kebenaran-Nya… PeradabanNya, Peradaban yang Lebih Baik…

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Aji Dedi Mulawarman
Editor: Ahmad Fauzi

Penerbit: Peneleh
ISBN: 9786239270810
Terbit: Februari 2020 , 215 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Mungkin juga ya Celoteh Sang Muggle tidak laku di banyak tempat, apalagi untuk kekuasaan. Gak laku ya karena Muggle itu apa ya? Semua yang Muggle memang tak pernah menjadi basis dari kemapanan, katanya. Tapi gak juga ah… Ingsun percaya bahwa Muggle adalah simbolisasi keterasingan. Ingsun sangat melekat apa yang disampaikan Rasulullah bahwa Islam awalnya dalam keterasingan dan berakhir pada keterasingan. Kalau memang Islam adalah pusat dari kebenaran, maka apa yang Ingsun, katakanlah tidak bisa disebut sebagai Islam, ya gpp, tapi bagi Ingsun, Ingsun tetap ingin mengedepankan fitrah kebenaran (dan bagi Ingsun inilah Islam). Konsekuensinya adalah apa yang Ingsun sampaikan sebagai kebenaran itu terasing di awalnya dan akan terasing pada akhirnya… Maka bagi Ingsun, perjuangan di antara awal dan akhir itu adalah sebuah kemustian, sebuah pesan kesejarahan, bagi ummat yang sadar akan kehadiran kebenaran-Nya… PeradabanNya, Peradaban yang Lebih Baik…

Pendahuluan / Prolog

Pengantar
Astaghfirullahaladzim… nyuwun pangapunten marang Gusti Pangeran Ingkang Rahman Rahim… Ingsun badhe merefleksikan diri menjadi Sang Muggle, menggunakan metafora untuk menulis segala hal tentang segala hal, sebagai refleksi margin kanan, refleksi yang menurut subyektifitas Ingsun ya kebaikan, kebenaran, kejujuran, paling kanan, batas paling kanan. Sembah hormat ingkang sanget kagem Panjenengan Muhammad SAW, idola dan penunjuk jalan kebenaran ingsun di negeri yang katanya jauh dari negeri Panjenengan. Tapi insya Allah ini Ingsun sangat memiliki koneksi yang tak pernah lepas, dalam segala apapun tindakan dalem, Ingsun… Ingsun bukan sastrawan, ingsun juga tidak pernah sekolah khusus seni, apalagi mengerti itu namanya ngelmu puisi atau tulisan sastra/seni. Ingsun hanya seorang, muggle, darah kotor, darah tidak murni, darah tidak lengkap dari peristiwa dan sejarah apapun dan di manapun dan bagaimanapun.

Ingsun peranakan Tenggarong-Jawa, Tenggarong yang katanya trah bumi-langit, tapi campur dengan Jawa. Ingsun juga katanya peranakan Trah Arab paling tinggi, tapi campur dengan Jawa. Ingsun juga peranakan Jawa, tapi katanya campur juga Jawa dan Madura. Dari garis darah saja jelas, Ingsun sudah tidak jelas dari garis darah mana.

Belum lagi dari sisi pendidikan, Ingsun trah dari sekolah yang katanya gak elit, tapi ngajar di tempat yang katanya elit. Ingsun juga gak ngerti mana itu elit dan tidak elit. Belum seberapa juga kalau itu, posisi akademis juga Ingsun nyebrang sana sini, di sekolah lama dianggap bukan turunan pertanian yang bener, apalagi budidaya pertanian, tapi fokusnya di akuntani. Sama juga di tempat ngajar, sekarang juga gak jelas katanya gak ngerti apa-apa tentang akuntansi, wong lulusan swasta (gak elit blas) dan budidaya pertanian lagi. Tepak wis…

Ingsun juga menjadi bagian dari organisasi kemahasiswaan yang dulu katanya tidak diakui pemerintah, karena pas Orde Baru mufarokoh sama Kanjeng Presiden Soeharto. Organisasi yang kata orang-orang di lingkungan di mana Ingsun beraktif ria sih memiliki khittah sebenar-benarnya HMI. Tapi kok di dunia perpolitikan kuasa HMInya yang itu ya, yang elitis?

Jadi benernya, wajar bila Ingsun melakukan segala hal seperti Hermione - karibnya si Harry Potter - yang muggle itu, tidak terakui di manapun dan sampai kapanpun sebagai bagian dari trah yang katanya resmi. Nah karena itu pula, Ingsun mau mendeklarasikan diri sekalian aja ke-muggle-an Ingsun dalam bentuk Celoteh Muggle yang bener-bener bersikap kritis atas realitas yang tidak sesuai dengan logika dan standar ke-muggle-an. Jadi benernya lagi, apa yang ditulis di sini, mau itu bentuknya yang katanya mau dianggap puisi atau tidak, atau tulisan yang tidak terlalu panjang dan tidak dianggap sebagai artikel ilmiah apalagi populer. Ya pokoknya ditulis aja ini, makanya Ingsun lebih menempatkan apa yang ditulis ini sebagai Celoteh… Celoteh Sang Muggle.

Penulis

Aji Dedi Mulawarman - Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam atau FORDEBI adalah wadah bagi dosen dan perguruan tinggi di Indonesia untuk bekerja sama mengembangkan kurikulum, SDM, dan riset di bidang ekonomi, manajemen, dan akuntansi syariah.

Daftar Isi

Cover
Pengantar
Daftar Isi
Celoteh 0 Celoteh Akhir Di Awal
Celoteh 1 –Jiwa Pahlawan
Celoteh 2 –Fighting
Celoteh 3 –Belajar dari Sulungku
Celoteh 4 –Membumikan Kebaikan
Celoteh 5 –Desa adalah Pusat
Celoteh 6 –Ruang Konkrit Pendidikan
Celoteh 7 –Kedaulatan Pertanian
Celoteh 8 –Kedaulatan Petani
Celoteh 9 –Rakyat Itu…
Celoteh 10 –Ketakutanmu atas Dunia
Celoteh 11 –In Hiding (Lirik Lagu Genesis 1986)
Celoteh 12 –Mendorong Berdaulat dan Mandiri Itu…
Celoteh 13 –Tuhan, Manusia dan Dadu
Celoteh 14 –Rokok dan Kretek
Celoteh 15 –Politik Bersih Itu
Celoteh 16 –Oil for People
Celoteh 17 –Peradaban Itu…
Celoteh 18 –Kuningisasi
Celoteh 19
Celoteh 20 –Topeng Mokong
Celoteh 21 –Het Licht... CAHAYA...!!! Di manakah dirimu sekarang?
Celoteh 22 –Oetoesan Hindia
Celoteh 23 –Laku Rasis Akademik dan Pelecehan Seksual
Celoteh 24 –Kebenaranmu
Celoteh 25 –Sri Mulyani dan Soekarno
Celoteh 26 –Demokrasi itu Liberal?
Celoteh 27 –Suara Rakyat Suara Tuhan?
Celoteh 28 –Perempuan dan Parlemen
Celoteh 29 –Mimpi ala Cartesian
Celoteh 30 –Jfk ‘1961’ Speech
Celoteh 31: Buku Kini dan Masa Depan (?)
Celoteh 32: Istighfar Profetik
Celoteh 33 - Ketidakadilan dan Laku Rasis
Celoteh 34 – Memahami Dunia
Celoteh 35 – Penganut Kapitalisme Indonesia
Celoteh 36 – Guru Itu…
Celoteh 37: BUMN Minyak Itu…
Celoteh 38
Celoteh 39 – BUMN Rugi Mbangun Tower Heeeee…
Celoteh 40 – Rahuvana Tattwa
Celoteh 41 – Antara Nur, Cahaya dan Neutrino
Celoteh 42 – Indonesia Mimpi Masa Depan Terus
Celoteh 43 – Malaysia
Celoteh 44 – Kuasa dan Amanah
Celoteh 45 – Masjid dan Pasar
Celoteh 46 – Negeri Penggarong
Celoteh 47 – Jadilah Ombak yang Menggulung Lautan
Celoteh 48 – Ngaji tentang Berdoa
Celoteh 49 – Hidup Asali
Celoteh 50 – Sweet Seventeen Mbak Cica
Celoteh 51 – In the Name of God
Celoteh 52 – Timnas U-19
Celoteh 53 –Evo Morales: Soekarno Modern
Celoteh 54 –Sindrom Orientalisme
Celoteh 56 –Cinta
Celoteh 57 –Toleransi Beragama Versi Kh. Hasyim Muzadi
Celoteh 58 – Impor Segalanya
Celoteh 59 – Hai Pemuda
Celoteh 60 – Subhat Komunal
Celoteh 61 – Kedirian Kosmik Petani
Celoteh 62 – KPK dan Economic Hit Man
Celoteh 63 – Hidup itu Belajar Kearifan
Celoteh 64 – Tolak Kenaikan Harga Bbm
Celoteh 65 - Politik dan Drama Kebohongan
Celoteh 66 – Mengapa Menolak Kenaikan Harga BBM?
Celoteh 67 –Akuntansi Orientalis Vis a Vis Akuntansi Rakyat
Celoteh 68 –Selamat Hari Kebangkitan Neoliberal?
Celoteh 69 –Realitas apa Adanya
Celoteh 70 –Standar Akuntansi Bernilai Kemandirian Bangsa?
Celoteh 71 –Pro Pasar atau Kemandirian?
Celoteh 72 –Kita adalah Cahaya
Celoteh 73 –Rumah Pasir
Celoteh 74 –Suara Sumbangku Lelaki
Celoteh 75 –Karena Tembakau Tanaman Para Wali
Celoteh 76 –Sekolah Internasional
Celoteh 77 –Sinar Allah itu Berlapis
Celoteh 78 –Ikhlas itu…
Celoteh 79
Celoteh 80 – Pagan Yuk
Celoteh 81 – Pendidikan: Idealisme atau Komersialisasi?
Celoteh 82 -Wow… Really?…
Celoteh 83 –Dari Krisis menuju Kelimpahan
Celoteh 84 –Banyak Pintu menuju Sesuatu
Celoteh 85 – Hitam untuk Negeri !!!
Celoteh 86 –Patenisasi Karya Indonesia
Celoteh 87 –Modernitas atau Lokalitas?
Celoteh 88 –Ikhlas
Celoteh 89 –Anak Lanang
Celoteh 90 – Demi Emas… Hanya Segitu?
Celoteh 91 – Anak2ku
Celoteh 92 –Sedihku Petani
Celoteh 93 –Si Pus Ngempe
Celoteh 94 – Ulil Albab
Celoteh 95 – Dunia Antah Berantah
Celoteh 96 – Negara tanpa Konsepsi
Celoteh 97 –Pendidikan (Nasional) Jalan Pintas
Celoteh 98 – UU Zakat
Celoteh 99 – Lusuh Vis a Vis Parlente
Celoteh 100 – HIO SWAMI
Celoteh 101 – Akuntansi Jahat?
Celoteh 102  - Nasib Petani Kita
Celoteh 104 – Mubyarto
Celoteh 105 –Ukuran
Celoteh 107 –The Last Samurai
Celoteh 108 – Sejarah Takdir
Celoteh 109 – Islam di Yunani
Celoteh 110 – Kepentingan Terus
Celoteh 111 – Rokok Gimmick?
Celoteh 112 – Fatwa Haram
Celoteh 113 – Liar
Celoteh 114 – “Alat” Reproduksi Budaya Populer
Celoteh 115 – Idealisme
Celoteh 116 – Kun Fayakun
Celoteh 117 –Bermain Api
Celoteh 119 – PSSI atau Petani?
Celoteh 120 – Indonesia toward Neoliberalism… Believe me…
Celoteh 121 – Bismillah
Celoteh 122 – Makna Idealisme Bersama
Celoteh 123 – Ibu dan Peradaban
Celoteh 124 – Mimpi Terus…
Celoteh 125 – Mengukur Diri
Celoteh 126 – Kemplo Nyamar “Semar”
Celoteh 127 –Allah, Manusia, dan…
Celoteh 128 –Sabar dan Nrimo Ing Pandum
Celoteh 129 –Beyond “Mu”
Celoteh 130 –Tanah Moyang
Celoteh 131 – Geronimo: An American Legend Spirit
Celoteh 132 –Idul Fitri
Celoteh 133 –Doxa dan Kamal
Celoteh 134 –Arema
Celoteh 135 –Arema Maneh
Celoteh 136 –Alayarham Iqbal
Celoteh 137 –Main
Celoteh 138 –Hilangnya Indonesia
Celoteh 139 –Avatar dan Jelangkung
Celoteh 140 – Book, Read… Please…
Celoteh 141 – Jujurlah
Celoteh 142 –Untuk Banyak Orang
Celoteh 143 –Gobak Sodor
Celoteh 144 –Tasya
Celoteh 145 –Wake Up Everyone
Celoteh 146 –Soft Culture Gus Dur
Celoteh 147 –Duh…
Celoteh 148 –Deru Sejuk Detik Baru Setiap Detik Baru
Celoteh 149 –Selaras Alam
Celoteh 150 –Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun... Gus Dur...
Celoteh 151 –Nyesel…
Celoteh 152 –Jayabaya
Celoteh 153 –Go to Hell Ifrs
Celoteh 154 –Koin Untuk Prita
Celoteh 155 –Variasi… Hhh…
Celoteh 156 –Hancurkan Berhala
Celoteh 157 - SQ:Tertarik?
Celoteh 158 –Ndangdut
Celoteh 159 –Surga dan Neraka Dunia
Celoteh 160 –Kuasa: Siapa Beli Siapa Jual?
Celoteh 161 –Berbagi itu Bukan Kepentingan
Celoteh 162 –Idul Fitri Ala Quraish Shihab
Celoteh 163 –Zakat: Spiritual Levy?
Celoteh 164 –Kilau Cahaya Ekonomi Islam
Celoteh 165 –Bukalah Pintu-Nya
Celoteh 166 –Kering Air dan Jernih Gurun
Celoteh 167 –Ilusi?
Celoteh 168 –Berbuat Saja
Celoteh 169 –M-Branding
Celoteh 170 –Bertemu Tuhan: Mbayar Yuk
Celoteh 171 –Lir Ilir
Celoteh 172 –Hai Pemimpin Ingatlah Tujuan Nasional
Celoteh 173 –Aku Itu Ada, Tiada, Isi, Kosong Atau Apa?
Celoteh 174 –Cahaya Cinta (Luminosity of Love)
Celoteh 175 –Akhirnya… Soeharto… Dijemput
Celoteh 176 –Maafkan Aku
Celoteh 177 –Asa Luruh
Celoteh 178 –Amanah Itu…
Celoteh 179 –Notorious
Celoteh ~ Celoteh Awal Di Akhir
Ada Lagi
Ingsun