Kata kemasan merupakan kata yang tidak asing di telinga kita. Kata ini sudah ada sejak zaman dahulu walaupun pada mulanya hanya berfungsi untuk melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa. Seiring dengan perkembangan zaman, kemasan mengalami banyak penambahan nilai secara fungsional.
Jenis-jenis kemasan pun menjadi semakin bervariasi dan kreatif. Hal itu dikarenakan fungsi kemasan telah menjadi bagian dalam memaksimalkan strategi pemasaran suatu produk.
Perubahan gaya hidup masyarakat dalam mengonsumsi makanan yang dikemas juga memberi dampak positif pada perkembangan industri kemasan, khususnya kemasan fleksibel (flexible packaging).
Direktur Eksekutif Asosiasi Kemasan Indonesia Ariana Susanti menyatakan bahwa gaya hidup kaum milenial yang cenderung menginginkan hal yang lebih praktis juga menjadi katalis positif dalam peningkatan penjualan kemasan di Indonesia.
Ariana melanjutkan, hingga kini, permintaan kemasan terbesar berupa Flexible Packaging yang mencapai 42% terhadap total penjualan. Diikuti kemasan Paperboard Packaging 28%, Rigid Plastic Packaging 14%, Woven Polyolefin Sack 6%, Metal Can Packaging 5%, Glass Container Packaging 3%, dan lainnya 2%.
Dia mengungkapkan, flexible packaging mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding kemasan jenis lainnya, karena nilai ekonomisnya lebih banyak. Pertumbuhan tersebut juga didorong meningkatnya permintaan dari industri kecil menengah (IKM).
Ketua Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI), Jimmy Junianto, mengatakan pertumbuhan industri kertas masih mengikuti pertumbuhan ekonomi atau sekitar 5%. Namun, angka itu masih di bawah pertumbuhan flexible packaging sehingga banyak pengusaha percetakan yang beralih kesana.
Flexible Packaging Kemasan fleksibel (flexible packaging) adalah kemasan yang bentuknya dapat berubah–ubah sesuai dengan bentuk produk yang dikemasnya.
