Dalam industri screen printing atau lebih dikenal dengan sablon, terdapat banyak ragam teknik pencetakan yang bervariasi. Salah satu teknik tersebut adalah cetak basah atau wet on wet printing. Dengan teknik ini, anda akan mencetak setiap warna secara berurutan tanpa harus mengeringkan warna sebelumnya terlebih dahulu. Tetapi pada bahan berwarna gelap, pencetakan basah cenderung akan menyebabkan hasil cetak yang tidak baik.
Biasanya dalam menerapkan teknik basah ini, tinta yang digunakan adalah tinta plastisol. Untuk menggunakan teknik wet on wet printing ini, yang perlu diperhatikan adalah ukuran mesh saringan screen sablon.
Mesh (M) merupakan istilah yang biasa dipakai di Eropa. Penghitungannya adalah jumlah benang yang dijahit setiap 2,5 cm atau 1 inch. Misalnya M100 berarti ada 100 benang setiap 2,5cm. Sedangkan di Asia lebih dikenal dengan istilah Tick (T). Perhitungannya, jumlah benang yang dijahit setiap 1 cm. Misalnya, screen T48 berarti ada 48 benang dalam 1cm. Rumus konversi antara T dan M adalah M : 2,5 = T. Screen M100 jika dikonversi ke T maka akan menjadi T40.
Nah, untuk pencetakan wet on wet, penggunaan jumlah mesh yang lebih tinggi akan menghasilkan gambar dengan jumlah penumpukan tinta yang tidak terlalu banyak dibawah screen. Selama proses pencetakan berlangsung lama, anda mungkin harus sering menghapus bagian bawah layar secara berkala karena adanya penumpukan tinta.
Sering kali masalah ini tidak dapat dihindari bahkan saat menggunakan jumlah mesh yang tinggi. Banyak pabrik tinta yang memiliki formulasi tinta yang dibuat khusus untuk pencetakan basah. Silakan anda bereksperimen dan mencoba sendiri apakah tinta yang diformulasikan khusus ini akan membantu proses cetak yang anda lakukan.
