Peluang dan bertahan industri percetakan selama pandemi
Ada banyak peluang yang muncul dalam bisnis percetakan di Indonesia, terutama dari label-packaging (L&P), printer sublimasi, dan penggunaan hub cetak online. Peluang baru ini mungkin bisa menjadi ”oasis” untuk menjaga bisnis percetakan tetap bertahan selama pandemi .
Menurut data yang saya kumpulkan, kombinasi dari seluruh produk industri percetakan di Indonesia menunjukkan penurunan yang signifikan pada periode kuartal pertama 2020. Terbukti, pasar industri printer turun -49% dari kuartal sebelumnya. Waktu terberat bagi seluruh pelaku industri percetakan adalah dari Maret hingga Juni. Karena skema leasing ditunda, permintaan pencetakan menurun lebih dari 70%. Akibatnya, beberapa penyedia layanan cetak memutuskan untuk menutup bisnisnya dan memberhentikan karyawannya.
”COVID-19 berdampak pada semua sektor tapi ada beberapa peluang yang bisa dieksplorasi untuk meratakan kurva dan menghindari dampak resesi yang lebih besar. Dalam bisnis percetakan, terutama dari L&P, sublimasi printer, dan penggunaan print hub online. Dan peluang baru ini mungkin tidak akan memompa jumlah kiriman, tetapi bisa menjadi ”oasis” untuk menjaga bisnis percetakan tetap bertahan di periode ini.
Permintaan L&P - terutama dalam label, baik bahan perekat maupun pelapis (coating) sedang meningkat seiring kebutuhan F&B, obat-obatan, dan rumah tangga tumbuh secara signifikan selama pandemi ini. Beberapa perusahaan menyatakan bahwa pekerjaan cetak dan jumlah label yang perlu dicetak tumbuh sekitar 200- 300% dari bulan Maret hingga Juni. Perusahaan besar F&B dan farmasi perlu mencetak SKU baru mereka sesegera mungkin.
Digital L&P adalah satu-satunya pilihan yang masuk akal untuk menyelesaikan pekerjaan pencetakan mid-run mereka, karena digitalisasi dapat menyederhanakan alur kerja dan proses label - mencetak lebih cepat daripada flexo atau rotogravure. Ini memberi momentum kepada L&P digital untuk menunjukkan kemampuan mereka selama pandemi ini.
Peluang lain datang dari printer sublimasi yang menunjukkan peningkatan signifikan bahkan jika pasar umum telah anjlok pada kuartal terakhir. Saat ini, permintaan jersey, pakaian dan dekorasi rumah semakin menyusut. Namun, permintaan masker dengan bahan dasar kain poliester tetap tinggi, terutama masker scuba. Jenis pesanan ini mungkin menjadi pendapatan alternatif selama krisis ini, dan memungkinkan lebih banyak arus kas bagi penyedia layanan cetak dan cetak komersial untuk terus ”bernapas”.
Saat ini, orang yang ingin mencetak, menghindari dan meminimalisir kontak langsung atau memilih menggunakan print hub atau toko percetakan online agar pesanannya tetap dicetak. Platform populer saat ini adalah Uprint & Printerous. Platform ini memberikan detail produk, konsultasi gratis, dan fitur web dengan opsi drop file untuk respon cepat. Hasil atau produk cetakan akan dikirim langsung ke pelanggan dan biasanya mereka menggunakan layanan logistik pihak ketiga.
Prediksi New Normal Platform online harus menentukan perilaku normal industri percetakan, berikutnya berkolaborasi dengan teknologi digital-analog dan menyadari tren dan permintaan saat ini. Pertanyaannya adalah dimana posisi perusahaan percetakan dalam hal kembali ke operasi yang lebih normal? Saat ini, kurang dari setengahnya (46%) terbuka penuh dengan staf penuh dan 48% terbuka dengan kapasitas terbatas. Pendapat tentang kapan ekonomi diharapkan pulih tersebar hampir merata.
Hampir setengah (48%) mengharapkan pemulihan yang baik dengan ekonomi mulai membaik di Triwulan ke-3 dan mencapai aktivitas ekonomi yang lebih normal di Triwulan ke-4. Namun, lebih dari separuh (56%) tidak terlalu optimis. Kelompok yang lebih pesimis ini tidak melihat awal pemulihan hingga 2021 atau nanti. Alhasil, tidak mengherankan jika hanya 18% perusahaan percetakan yang berencana menanamkan modal pada peralatan percetakan. Seperti banyak sekali statistik dan prediksi ekonomi yang kacau, keadaan industri percetakan memiliki andil dalam faktor-faktor yang saling bertentangan.
Ada tanda-tanda awal permintaan kembali, walau ini tetap merupakan pasar yang sulit. Saat negara bagian dibuka kembali untuk bisnis, perusahaan akan membutuhkan produk cetak untuk dibuka kembali dengan aman. Meskipun demikian, masih harus dilihat kapan permintaan ini akan meningkat. Kita semua berharap agar ”badai” ini segera berlalu. n 6 Print Media Indonesia Catatan oleh: KIKIE NURCHOLIK Vice President III Komunitas Printing Indonesia (KOPI)