Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 kisaran 4,5-5,3%
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan, tekanan ekonomi global pada 2023 itu nantinya pasti akan berdampak pada kinerja ekspor Indonesia yang menjadi salah sumber pertumbuhan ekonomi Tanah Air. Menurutnya tahun depan, Indonesia akan sulit melihat pertumbuhan ekspor di level 20-30% seperti dua tahun terkahir.
“Ekspor akan mengalami normalisasi karena baseline-nya sudah tinggi sehingga pada 2023 pertumbuhan ekspor tidak akan bertahan karena lingkungan global, tapi tidak berarti kita menyerah,” katanya.
Oleh sebab itu, demi mengantisipasi permasalahan yang diakibatkan tekanan ekonomi global itu, pemerintah katanya akan terus menggencarkan diversifikasi negara tujuan ekspor. Misalnya ke India yang pertumbuhan ekonominya masih terjaga karena reformasi struktural dan kawasan Timur Tengah yang menikmati pertumbuhan karena harga minyak tengah tinggi.
Gubenur BI Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 masih akan bisa tumbuh di kisara 4,5-5,3%. Terutama didukung oleh tingkat konsumsi masyarakat yang terjaga, masih berlanjutnya dukungan fiskal pemerintah, investasi yang masih terus masuk hingga kinerja ekspor yang masih akan terjaga tumbuh.
“Jadi kurang lebih mendekati 5%. Persis sama yang disampaikan Menteri Keuangan, dukungan fiskal, konsumsi, investasi, di samping juga ekspor,” ujarnya.
Dari sisi inflasi menurutnya juga akan kembali ke level sasaran 3 plus minus 1 persen karena upaya pengendalian harga-harga yang terus gencar dilakukan pemerintah baik di pusat maupun daerah.
“Semester II 2023 inflasinya IHK (Indeks Harga Konsumen) akan di bawah 4%, akhir tahun depan inflasi kita perkirakan ada di sekitar 3%, IHK ya, kalau core Indonesia sudah di bawah 4% di semester I karena ada dampak base, tapi kalau IHK itu sekitar 3%,” ucapnya.
Ia juga memperkirakan, nilai tukar rupiah ke depannya pada tahun itu akan kembali menguat sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia karena terjaganya keseimbangan neraca pembayaran. Dengan demikian, dia memastikan kebijakan suku bunga acuan akan bisa lebih terukur dan tidak agresif.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar pun optimistis industri jasa keuangan masih akan gencar menyalurkan kredit untuk menggerakkan perekonomian. Kata dia, tingkat penyaluran kredit pun kini masih bisa terjaga di level pertumbuhan 11% dan lembaga penyalur pembiayaan di level 13%.
“Nah artinya ruang untuk bisa menopang pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan di sekitar 5% di 2023 itu cukup apalagi kemudian kita sudah perkuat dengan kecukupan modal. Pembiayan juga demikian. Jadi ruang untuk itu sudah memadai tinggal sekarang kita manfaatlan betul sektor2 nya,” ucap Mahendra.