Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Media hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Menjadi Ulama dan Umara yang Sukses Dunia Akhirat

1 Pembaca
Rp 22.800 17%
Rp 19.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 57.000 13%
Rp 16.467 /orang
Rp 49.400

5 Pembaca
Rp 95.000 20%
Rp 15.200 /orang
Rp 76.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Ini zaman krisis, zaman bingung, zaman setres, zaman remang-remang menuju gelap. Allah menyeleksi hamba-hambanya yang terpilih. Menyeleksi siapa yang bakal menjadi pemimpin utama, pemimpin umat, pemimpin agama, pemimpin bangsa. Karena itu sekarang seluruh lapisan kehidupan manusia sedang digoncang, digoyang, diputar-putar, agar muncul mana yang hitam, mana yang putih, mana yang ulamanya Allah, dan mana yang ulamanya dunia, mana yang ulamanya akhirat, mana yang ulamanya yang dompleng konglomerat.

Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hambahambanya hanyalah ulama, tapi ulama yang billah, bukan ulama limbah sejarah, tapi ulama yang mengenal ulama tentang ulama mengenal Allah, bukan ulama yang mengenal makhluk Allah, ulama yang jadi “tetangga” Allah, bukan jadi tetangganya para penguasa dan pengusaha.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Muhammad Fadlun, S.Pd.I

Penerbit: Pustaka Media
ISBN: 9786028214773
Terbit: Maret 2014 , 178 Halaman










Ikhtisar

Ini zaman krisis, zaman bingung, zaman setres, zaman remang-remang menuju gelap. Allah menyeleksi hamba-hambanya yang terpilih. Menyeleksi siapa yang bakal menjadi pemimpin utama, pemimpin umat, pemimpin agama, pemimpin bangsa. Karena itu sekarang seluruh lapisan kehidupan manusia sedang digoncang, digoyang, diputar-putar, agar muncul mana yang hitam, mana yang putih, mana yang ulamanya Allah, dan mana yang ulamanya dunia, mana yang ulamanya akhirat, mana yang ulamanya yang dompleng konglomerat.

Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hambahambanya hanyalah ulama, tapi ulama yang billah, bukan ulama limbah sejarah, tapi ulama yang mengenal ulama tentang ulama mengenal Allah, bukan ulama yang mengenal makhluk Allah, ulama yang jadi “tetangga” Allah, bukan jadi tetangganya para penguasa dan pengusaha.

Pendahuluan / Prolog

Seputar Ulama Dengan Definisinya
Kata ulama adalah bentuk jamak dari kata Alim, yang berarti orang yang berilmu. Ulama adalah orang yang diberi keistimewaan oleh Allah dengan diberikannya kemampuan untuk memahami ayat-ayat Allah, baik yang bersifat Qur’aniyah maupun yang bersifat Kauniyah. Sehingga dengan kemampuan yang dimilikinya itu mereka mampu mengenal Allah.

Menurut KH. Ahmad Shiddiq, Ulama adalah kata istilah bagi orang yang memiliki syarat-syarat, yaitu memiliki ilmu agama yang mendalam, termasuk pengetahuan bahasa Arab yang luas, akhlak dan tingkah lakunya patut menjadi tauladan bagi umat. Selain itu adalah bertaqwa kepada Allah. Karena setinggi apapun apabila tidak disertai dengan bertaqwa kepada Allah, maka jelas tidak akan dapat mengantarkan seseorang mencapai derajat sebagai ulama.

Daftar Isi

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Seputar Ulama Dengan Definisinya
Bab II Seputar Umara Dengan Definisinya
Bab III Menjadi Ulama Dan Umara Yang Sukses Dunia Akhirat
Daftar Pustaka

Kutipan

Kedudukan, Fungsi dan Tugas Ulama
Keberadaan ulama di tengah-tengah masyarakat adalah sebagai tokoh panutan, sebagai sosok yang diakui sebagai pewaris Nabi dan simbol-simbol ke Islaman. Abu Darda berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Dan sesungguhnya keutamaan orang yang memiliki ilmu pengetahuan itu atas ahli-ahli ibadah sepertt keutamaan cahaya remula pada malam purnama diatas semua kelap-kelip bintang.

Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para Nabi itu tidaklah meninggalkan dinar maupun dirham, namun mereka mewariskan ilmu pengetahuan. Barangsiapa yang mengambilnya niscaya ia telah mengambil sesuatu yang berlimpah ruah yang tak ternilai harganya”. (Al Hadits) Abu Darda pun berkata, “Sesungguhnya perumpamaan ulama di muka bumi bagaikan cahaya bintang-bintang di langit yang menunjukkan arah tujuan.”

Salman Al Farisi menulis surat kepada Abu Darda yang isinya, “Sesungguhnya ilmu pengetahuan seperti sumber mata air yang menyelubungi manusia, karena ia dibimbangkan oleh berbagai macam urusan. Maka kemanaatan ilmu pengetahuan yang diberikan Allah tidak hanya satu persoalan saja, bahwasannya kebijaksanaan (hikmah) yang tidak disampaikan bagaikan tubuh tanpa ruh, dan ilmu pengetahuan yang tidak diamalkan seperti harta karun yang tidak pernah dibelanjakan.

Sesungguhnya orang yang mengamalkan pengetahuannya bagaikan seorang yang membuat penerangan di sebuah jalan yang gelap gulita. Cahaya lampunya akan menerangi orang yang akan melewatinya, dan siapapun yang akn melintasi jalan tersebut akan mendoakan kebaikan untuknya.”