Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Media hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Mendaki Tangga Ma'rifat

Menggali Potensi Indra Keenam, Meraih Misteri Karomah

1 Pembaca
Rp 30.000 17%
Rp 25.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 75.000 13%
Rp 21.667 /orang
Rp 65.000

5 Pembaca
Rp 125.000 20%
Rp 20.000 /orang
Rp 100.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Kita memiliki potensi yang luar biasa, tetapi selama ini tidak dimanfaatkan. Potensi itu adalah indra keenam. Orang yang mampu menggali potensi indra keenam, pandangan mata batinnya dapat menembus tanpa batas. Agar daya potensi indra keenam dapat berdaya guna, maka seseorang perlu melakukan riyadha (latihan-latihan). Caranya ialah mendaki anak tangga sehingga mampu mencapai ma’rifat.

Jika riyadha mendaki anak tangga ma’rifat itu berhasil dilalui, maka indra keenam dapat difungsikan. Seseorang akan menjadi manusia khawwas (khusus) yang benar-benar berbeda dengan awwam (orang awam). Tingkatan yang dicapai adalah maqam (kedudukan) tertinggi. Kalau sudah demikian, ia dengan mudah dapat mencapai karomah. Ia dapat dengan mudah untuk merapat ke sisi Allah.

Buku ini memberi bimbingan kepada pembaca untuk mengenal dan mengamalkan ajaran tasawuf dengan benar dan lurus. Sehingga dalam menjalankan ajaran agama, tidak dituduh sebagai orang yang sesat dan menyimpang. Karena itu, bacalah dan amalkan mulai dari tangga paling rendah menuju tangga berikutnya. Ilmu Ma’rifat dapat dicapai jika seluruh anak tangga berhasil dilalui.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Syekh Ibnu Jabr ar-Rummi

Penerbit: Pustaka Media
ISBN: 9786026761538
Terbit: Mei 2021 , 274 Halaman










Ikhtisar

Kita memiliki potensi yang luar biasa, tetapi selama ini tidak dimanfaatkan. Potensi itu adalah indra keenam. Orang yang mampu menggali potensi indra keenam, pandangan mata batinnya dapat menembus tanpa batas. Agar daya potensi indra keenam dapat berdaya guna, maka seseorang perlu melakukan riyadha (latihan-latihan). Caranya ialah mendaki anak tangga sehingga mampu mencapai ma’rifat.

Jika riyadha mendaki anak tangga ma’rifat itu berhasil dilalui, maka indra keenam dapat difungsikan. Seseorang akan menjadi manusia khawwas (khusus) yang benar-benar berbeda dengan awwam (orang awam). Tingkatan yang dicapai adalah maqam (kedudukan) tertinggi. Kalau sudah demikian, ia dengan mudah dapat mencapai karomah. Ia dapat dengan mudah untuk merapat ke sisi Allah.

Buku ini memberi bimbingan kepada pembaca untuk mengenal dan mengamalkan ajaran tasawuf dengan benar dan lurus. Sehingga dalam menjalankan ajaran agama, tidak dituduh sebagai orang yang sesat dan menyimpang. Karena itu, bacalah dan amalkan mulai dari tangga paling rendah menuju tangga berikutnya. Ilmu Ma’rifat dapat dicapai jika seluruh anak tangga berhasil dilalui.

Pendahuluan / Prolog

Memahami Ajaran Tasawuf
Sesungguhnya tasawuf bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Namun masih merupakan satu kesatuan dari lata cara peribadatan dan tauhid. Sejak jaman Rasulullah saw. tasawuf sudah dikenal dan diamalkan. Namun sekarang, pemahaman orang awam, bahwa ilmu tasawuf itu hanya boleh dimiliki oleh orang-orang khawwas (orang-orang khusus). Orang-orang khawwas yang mereka maksudkan adalah orang-orang yang telah mencapai tingkatan ma’rifatullah.

Sebagian orang berpendapat bahwa ajaran tasawuf merupakan teori yang dimunculkan oleh ulama salaf. Mereka menilai bahwa tasawuf tidak memiliki sumber yang jelas. Pemahaman seperti inilah yang cenderung memisahkan ajaran tasawuf dengan ajaran Islam yang mereka kenal selama ini.

Sesungguhnya adanya tasawuf itu sejalan dengan kehadiran Islam. Rasulullah saw. sendiri sebelum diangkat sebagai Nabi, dia telah mengamalkan tasawuf dalam kehidupan batiniahnya. Karena tasawuf menitikberatkan pada masalah jalan yang ditempuh untuk menuju kepada Tuhan. Rasulullah saw. saat itu ingin terus-menerus membersihkan jiwa dengan cara amaliyah, yakni menyendiri ke goa Hira’. Di samping itu, beliau saw. telah menata hatinya agar bersifat qana’ah. Menjaga hati dari sifat tercela seperti hasud, sombong, dengki, riya’ dan sifat jahat lainnya.

Daftar Isi

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. Memahami Ajaran Tasawuf
2. Asal Usul Gerakan Sufi
3. Syari'at Tariqat Dan Hakikat
4. Taubat
5. Mujahadah
6. Khalwat Dan Uzlah
7. Takwa
8. Wara'
9. Zuhud
10. Diam
11. Takut
12. Raja' (Berpengharapan)
13. Lapar Dan Meninggalkan Syahwat
14. Khusyu' Dan Tawadhu'
15. Menundukkan Hawa Nafsu
16. Melenyapkan Sifat Dengki (Hasud)
17. Mencegah Ghibah (Mengumpat)
18. Qanaah
19. Tawakkal
20. Ikhlas
21. Ma'rifatullah

Kutipan

Asal Usul Gerakan Sufi
Agar kita benar-benar menjadi‘penempuh jalan ma’rifatullah’ secara benar, maka perlu dipahami betul tentang asal-usul gerakan sufi ini. Sehingga kita tidak gampang terpengaruh dan menjadi seorang yang taklid terhadap ajaran yang barangkali menyimpang dari Al Qur’an dan As Sunnah. Sebab ajaran tasawwuf sangat menentang bid’ah. Jika dijumpai riyadhah maupun ajaran tarikat yang bertentangan dengan kedua dasar tersebut, jelas hal itu telah disimpangkan.

Sesungguhnya gerakan sufi itu merupakan pola hidup zuhud terhadap dunia. Zuhud artinya menghindari hidup berfoya-foya dan bergaya mewah. Dengan hidup zuhud diharapkan seorang hamba menjadi tekun menjalankan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Pola hidup zuhud ini dilakukan oleh sejumlah ulama sebagai reaksi terhadap kehidupan mewah dan tidak agamis dari sebagian umat Islam di jaman itu, terutama elit birokrat. Hidup mewah umat Islam pada saat itu karena dipengaruhi oleh suksesnya imperium politik Islam yang berhasil menguasai daerah-daerah subur dan kaya sejak abad pertama Hijriyah.