Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Media hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Menggapai Kebahagiaan yang Hakiki

How to Get Blessing..?

1 Pembaca
Rp 19.200 17%
Rp 16.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 48.000 13%
Rp 13.867 /orang
Rp 41.600

5 Pembaca
Rp 80.000 20%
Rp 12.800 /orang
Rp 64.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku yang berjudul “Menggapai kebahagiaan yang hakiki” untuk bahan renungan menuju hidup yang lebih berkualitas, agar hidup lebih bermakna. Apabila kita mampu untuk merenung serta mengevaluasi diri, akan dapat mengendalikan diri, sadarkan diri, serta dapat melihat Jati Diri!. Sebaliknya orang yang enggan untuk mengevaluasi dan merenungkan apa hakekat dan tujuan hidup?, maka yang bersangkutan cenderung lupa diri dan lupa daratan.

Fakta membuktikan! Siapa Fir ‘aun? sosok manusia yang diberi kelebihan oleh Allah SWT., baik fisiknya, hartanya, kekuatan tentaranya dll. Tak satu orang pun mampu menandinginya! Kecuali Nabi Musa, itupun karena membawa “senjata” berupa Mukjizat Allah...! Pada hal kalau diteliti, kelemahan Fir’aun hanya satu, Dia tidak pernah merenung, dan mengevaluasi, siapa yang memberikan kekuatan fisik saya? Siapa yang memberikan kekayaan saya? Siapa yang memberikan semua ini? Oleh Fir’aun hal itu terlupakan, justru dengan kelebihannya itu.menimbulkan kesombongannya, bahkan dia mengaku sebagai Tuhan. Naudzubilla...

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Musthofa Mu'in

Penerbit: Pustaka Media
ISBN: 9786028214377
Terbit: Agustus 2010 , 162 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buku yang berjudul “Menggapai kebahagiaan yang hakiki” untuk bahan renungan menuju hidup yang lebih berkualitas, agar hidup lebih bermakna. Apabila kita mampu untuk merenung serta mengevaluasi diri, akan dapat mengendalikan diri, sadarkan diri, serta dapat melihat Jati Diri!. Sebaliknya orang yang enggan untuk mengevaluasi dan merenungkan apa hakekat dan tujuan hidup?, maka yang bersangkutan cenderung lupa diri dan lupa daratan.

Fakta membuktikan! Siapa Fir ‘aun? sosok manusia yang diberi kelebihan oleh Allah SWT., baik fisiknya, hartanya, kekuatan tentaranya dll. Tak satu orang pun mampu menandinginya! Kecuali Nabi Musa, itupun karena membawa “senjata” berupa Mukjizat Allah...! Pada hal kalau diteliti, kelemahan Fir’aun hanya satu, Dia tidak pernah merenung, dan mengevaluasi, siapa yang memberikan kekuatan fisik saya? Siapa yang memberikan kekayaan saya? Siapa yang memberikan semua ini? Oleh Fir’aun hal itu terlupakan, justru dengan kelebihannya itu.menimbulkan kesombongannya, bahkan dia mengaku sebagai Tuhan. Naudzubilla...

Pendahuluan / Prolog

Munajat Hamba…
Ya Allah… ya Tuhan kami..., Perkenankanlah kami untuk mengucapkan Istighfar kepadaMu, lantaran kami belum mampu melaksanakan sepenuhnya seperti apa yang kami tulis ini...

Ya Allah… ya Tuhan kami..., Perkenankanlah kami untuk mengucapkan Istighfar kepadaMu, karena selama ini telah banyak anugerah yang Kau berikan kepada kami, sementara kenikmatan tersebut, kami belum mensyukuri dengan sebenarnya...!

Ya Allah… ya Tuhan kami..., Sengaja kami menulis ini, agar kami, keluarga kami dan saudara-saudara kami selalu lebih mendekatkan diri kepadaMu…

Penulis

Musthofa Mu'in - Seorang anak desa Sembungan kidul, DukunGresik, ia dilahirkan dari seorang keluarga yang sederhana, dari pernikahan Bpk Abdul Mu’in (Alm) dengan Ibu Marfu’ah (Almh) Allahummagh fir lahuma. Penulis menyelesaikan pendidikan mulai MI, MTS dan MA di Pondok Pesantren Ihyaul-Ulum, Dukun-Gresik, dan melanjutkan ke Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya lulus 1993.

Daftar Isi

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Munajat Hamba…
1. Antara Kulit gatal dan sakit mata (kelilipen
2. Awas ada rampok !!!
3. Sari Pati Hadits Nabi Muhammad SAW
4. Rahasia dibalik puasa Ramadhan
5. Benarkah di bulan Ramadhan syaithan
6. Guru tempo dulu
7. Guru dan murid
8. Faktor kegagalan dalam pendidikan
9. Kunci sukses seorang murid
10. Hakekat Aqiqah
11. Nilai kenikmatan
12. Mencoba menghitung nikmat Allah SWT
12. Mencoba menghitung nikmat Allah SWT
14. Jembatan akhirat
15. Nepotisme, mengapa takut?
16. Kapan Allah SWT. menjadi Tuhan?
17. Ada apa dengan F4?
18. Anda memang pebisnis
19. Model-model karyawan
20. Renungan di akhir tahun
21. Antara DPR dengan tentara Thalut
22. Tawakkal kepada Allah SWT
23. Ternyata... tidak semua yang baik itu selalu
24. Tiga orang sakti
25. Virus dalam ibadah
26. Memilih skala prioritas
27. Kiat hidup di tengah krisis
28. Tujuh hal hakekat haji
29. Menjadi bayi kedua kali
30. Mimpilah yang indah
31. Menggapai kebahagiaan
32. Ketika Al Qur’an bicara tentang anak
33. Mutiara di telapak tangan ibu
34. Melihat kualitas iman kita
35. Status Harta kita
36. Nilai hidup kita
37. Berikan yang terbaik sekarang...!
38. Kita memang yang baik..!
39. Kita pasti menang..!
40. Tiga Virus penyebab umat terdahulu
41. Sisi lain peringatan Maulud Nabi Muhammad
42. Sisi lain peringatan Isra’ Mi’raj Nabi
43. Indahnya tasamuh
44. Indahnya komunikasi
45. Indahnya istri shalihah
Penutup
Tentang Penulis
Catatan

Kutipan

Guru Tempo Dulu
Diakui oleh masyarakat, bahwa guru adalah profesi yang paling terhormat dibanding profesi yang lain. Sehingga Sayyidina Ali Karromahullahu Wajhah mengatakatan “Hampir derajat guru selefel dengan seorang Rasul.” Bicara Guru, terbayang pada sosok manusia yang sabar, berakhlak mulia, berpengetahuan tinggi, dan melindungi keluarga dengan penuh kasih sayang, walaupun ekonomi kadang terkesan sederhana.

Sehingga orang tua dulu yang memiliki anak perempuan, mereka mendambakan untuk dipersunting seorang guru, sang gadis pun selalu merindukan hal itu. Tak jarang kumbang-kumbang desa khususnya, merasa cemburu apabila temannya dipersunting sang guru. Karena di sosok beliaulah segudang akhlak mulia.

Lain dulu lain sekarang, jarang kita jumpai seorang anak yang mempunyai cita-cita menjadi guru, bahkan sang orang tua zaman sekarang enggan untuk apabila sang anak putrinya di persunting oleh sang guru, mereka menganggap guru itu tidak bisa kaya, atau maksimal berekonomi sederhana.

Mengapa antara sosok guru zaman dulu dengan guru zaman sekarang terjadi pergeseran nilai? Hal ini karena ada perbedaan yang mendasar, diantaranya, karena motifasi, guru zaman dulu, setiap mengajar selalu diiringi dengan ketulusan hati karena ibadah kepada Allah SWT., hal ini terbukti walaupun gaji beliau minim (istilah yang tepat adalah Bisyarah) mereka yang sangat kecil, namun mereka bertahan mengajar berpuluh-puluh tahun. Muridpun patuh dan hormat kepadanya.

Mengapa guru disegani? Dipatuhi diperhatikan ucapannya? Karena mereka ikhlas dalam mengajar, begitu pula di malam hari, mereka selalu bertahajjud dan berdoa agar ilmu yang mereka berikan kepada sang murid agar bermanfaat. Sebagaimana Firman Allah SWT..: “Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat.” (Q.S. Al Muzammil 06) Sehingga walaupun para guru tempo dulu kurang memahami teori pendidikan seperti sekarang, namun hasil bagi sang murid luar biasa!