Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Harmoni Dalam Keragaman

Jejak Budaya Toleransi Di Manado, Bali, dan Bekasi

1 Pembaca
Rp 125.000 30%
Rp 87.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 262.500 13%
Rp 75.833 /orang
Rp 227.500

5 Pembaca
Rp 437.500 20%
Rp 70.000 /orang
Rp 350.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Toleransi sejak dahulu sudah mengakar dalam denyut nadi kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga Indonesia dikenal sebagai Zamrud Toleransi. Nilai toleransi yang menjadi warisan budaya bangsa termanifestasi dalam unsur budaya material seperti simbol, praktik sosial, adat istiadat, dan tokoh-tokoh historis yang bijak bestari, maupun non-material seperti nilai-nilai kearifan, filosofi, mitologi, hingga pandangan hidup masyarakat yang luhur dan adi luhung tentang pentingnya menjaga keharmonisan. Di tengah kita sedang dihadapkan pada problem sosial yang dapat menggerus kesatuan identitas kita sebagai bangsa, seperti sektarianisme, pengerasan identitas primordial, fundamentalitasme, konservatisme, sentimentalisme suku dan agama yang dapat berujung konflik dan disintegrasi sosial, seyogyanya kekuatan warisan budaya toleransi yang utama itu harus tetap kita kenali, jaga, lestarikan, dan berdayakan sebagai modal sosial kita dalam menghadapi tantangan zaman.

Para penulis dalam buku ‘Harmoni dalam Keragaman’ ini mengajak pembaca untuk belajar dari pengelolaan keberagaman masyarakat di Bali, Bekasi, dan Manado. Ketiganya juga merupakan ikon daerah dengan kekayaan sejarah dan prestasi toleransi agama yang cukup mengagumkan. Kompleks Puja Mandala di Bali mengagumkan dengan harmoni tempat peribadatannya dan kehidupan umat yang bertenggang rasa. Kampung Sawah di Bekasi menuturkan kisah tentang toleransi sebagai warisan nenek moyangnya yang tetap lestari. Kehidupan masyarakat Kota Manado menyimpan cerita perjumpaan budaya yang sudah terjadi sekian lama, keterbukaan masyarakat hingga melahirkan harmoni dan identitas Bahasa Melayu Manado. Buku ini menyampaikan pesan bahwa sejak zaman dahulu bangsa Indonesia sudah memiliki pengalaman keberagaman, sehingga keberagamaan yang semakin tumbuh dan berkembang saat ini seharusnya tidaklah menjadi penghalang kesatuan selama masyarakat tetap menjaga harmoni dan solidaritas, dewasa dalam menerima perbedaan, dan toleransi antarsesama. Beragam tidak harus terbelah dan berdiri sendiri-sendiri, tetapi beragam akan bisa tetap hidup berdampingan selama budaya toleransi tetap dijaga. Pemajuan kebudayaan nasional pada saat yang sama harus memperhatikan pelestarian dan penguatan basis, sendi, nilai, dan asas budaya toleransi di masa lalu dan di masa yang akan datang.

Buku yang menampilkan hasil penelitian eksploratif dan konstruktif ini sangat penting dan menarik untuk dibaca oleh para peneliti, akademisi, aktivis, pemerhati bidang etika, filsafat, agama, budaya, sejarah, sosiologi, politik, atau siapa pun yang memiliki komitmen terhadap arti penting toleransi dan mewujudkan harmoni dalam keberagaman.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Muhammad Nur Prabowo Setyabudi

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786233210805
Terbit: Juli 2021 , 334 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Toleransi sejak dahulu sudah mengakar dalam denyut nadi kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga Indonesia dikenal sebagai Zamrud Toleransi. Nilai toleransi yang menjadi warisan budaya bangsa termanifestasi dalam unsur budaya material seperti simbol, praktik sosial, adat istiadat, dan tokoh-tokoh historis yang bijak bestari, maupun non-material seperti nilai-nilai kearifan, filosofi, mitologi, hingga pandangan hidup masyarakat yang luhur dan adi luhung tentang pentingnya menjaga keharmonisan. Di tengah kita sedang dihadapkan pada problem sosial yang dapat menggerus kesatuan identitas kita sebagai bangsa, seperti sektarianisme, pengerasan identitas primordial, fundamentalitasme, konservatisme, sentimentalisme suku dan agama yang dapat berujung konflik dan disintegrasi sosial, seyogyanya kekuatan warisan budaya toleransi yang utama itu harus tetap kita kenali, jaga, lestarikan, dan berdayakan sebagai modal sosial kita dalam menghadapi tantangan zaman.

Para penulis dalam buku ‘Harmoni dalam Keragaman’ ini mengajak pembaca untuk belajar dari pengelolaan keberagaman masyarakat di Bali, Bekasi, dan Manado. Ketiganya juga merupakan ikon daerah dengan kekayaan sejarah dan prestasi toleransi agama yang cukup mengagumkan. Kompleks Puja Mandala di Bali mengagumkan dengan harmoni tempat peribadatannya dan kehidupan umat yang bertenggang rasa. Kampung Sawah di Bekasi menuturkan kisah tentang toleransi sebagai warisan nenek moyangnya yang tetap lestari. Kehidupan masyarakat Kota Manado menyimpan cerita perjumpaan budaya yang sudah terjadi sekian lama, keterbukaan masyarakat hingga melahirkan harmoni dan identitas Bahasa Melayu Manado. Buku ini menyampaikan pesan bahwa sejak zaman dahulu bangsa Indonesia sudah memiliki pengalaman keberagaman, sehingga keberagamaan yang semakin tumbuh dan berkembang saat ini seharusnya tidaklah menjadi penghalang kesatuan selama masyarakat tetap menjaga harmoni dan solidaritas, dewasa dalam menerima perbedaan, dan toleransi antarsesama. Beragam tidak harus terbelah dan berdiri sendiri-sendiri, tetapi beragam akan bisa tetap hidup berdampingan selama budaya toleransi tetap dijaga. Pemajuan kebudayaan nasional pada saat yang sama harus memperhatikan pelestarian dan penguatan basis, sendi, nilai, dan asas budaya toleransi di masa lalu dan di masa yang akan datang.

Buku yang menampilkan hasil penelitian eksploratif dan konstruktif ini sangat penting dan menarik untuk dibaca oleh para peneliti, akademisi, aktivis, pemerhati bidang etika, filsafat, agama, budaya, sejarah, sosiologi, politik, atau siapa pun yang memiliki komitmen terhadap arti penting toleransi dan mewujudkan harmoni dalam keberagaman.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar Penulis
Indonesia dikenal sebagai bangsa adidaya dalam bidang kebudayaan. Sumber daya dan kekuatan budaya bangsa Indonesia begitu melimpah bak mutiara manikam yang tersimpan di dalam ribuan pulau dan ratusan suku yang mendiaminya. Khasanah kebudayaan yang tak ternilai harganya tersebut perlu dijaga dan dilestarikan. Salah satu mutiara yang terkandung dan patut dilestarikan adalah budaya toleransi, yang termanifestasi baik dalam unsur non-material seperti nilai-nilai kearifan, filosofi, mitologi, pandangan hidup, maupun unsur material seperti simbol, praktik sosial, adat-istiadat maupun tokoh-tokoh historis yang ada. Indonesia juga digambarkan sebagai Zamrud Toleransi, tempat tradisi bertoleransi dalam kebhinnekaan tersemai dan tumbuh sejak lama di berbagai daerah di Indonesia. Meski demikian, tak dipungkiri persoalan sektarianisme, pengerasan identitas, fundamentalisme suku dan agama, konservatisme menjadi ancaman serius bagi budaya toleransi yang ada.

Buku yang pada dasarnya bersifat “eksploratif” dan “konstruksionis” ini merupakan kumpulan tulisan dari para peneliti yang tergabung dalam tim “Penguatan Toleransi sebagai Nilai Luhur Bangsa untuk Mendorong Proses Pemajuan Kebudayaan”. Kegiatan ini berusaha merekam, menulis, mencatat, dan mengeksplorasi nilai-nilai dan praktik toleransi di beberapa daerah yang dipandang sebagai simpul budaya toleransi di Indonesia. Penelitian tahun 2020 ini dilakukan melalui studi lapangan dalam lingkup kompleks di pusat peribadatan Puja Mandala Bali, perkampungan di Kampung Sawah Bekasi Jawa Barat dan paling banyak mendapat porsi perhatian oleh penulis buku ini, dan perkotaan di Kota Manado Sulawesi Utara. Ketiga daerah tersebut menyimpan khasanah toleransi yang menarik untuk dieksplorasi. Dari ketiganya kita bisa belajar tentang bagaimana masyarakat memaknai toleransi, mengelola keragaman agar tercipta harmoni, menawarkan resolusi konflik, tentang ragam konsepsi, tentang toleransi, tentang ajaran kearifan lokal yang dijadikan justifikasi bagi sikap bertoleransi, pola-pola komunikasi sosial, hingga melihat toleransi dalam kerangka modal sosial dan budaya.

Tujuannya secara umum adalah untuk memperkuat budaya toleransi dalam rangka turut mendorong agenda besar pemajuan kebudayaan nasional yang digalakkan pemerintah melalui ketetapan UU Pemajuan Kebudayaan No. Nomor 5 Tahun 2017. Langkah utama pemajuan kebudayaan nasional adalah melakukan pelindungan (identifikasi, inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, penyelamatan, publikasi) pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan unsurunsur kebudayaan seperti tradisi lisan, manuskrip, adat-istiadat, ritus, pengetahuan tradisional atau kearifan lokal, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olah raga tradisional.

Buku ini sekadar kontribusi kecil di dalam usaha membangun narasi positif, menggambarkan budaya toleransi dan memberikan informasi dan data yang dapat digunakan untuk acuan pengambilan kebijakan strategis memajukan budaya toleransi di Indonesia. Di tengah derasnya ancaman budaya yang cenderung anti-toleransi, baik dari sisi internal maupun eksternal, tentu penguatan nilai dan praktik toleransi melalui pendekatan multidisiplin seperti sejarah, budaya, sosial, dan politik sudah semestinya digalakkan. Dengan menguatkan toleransi, diharapkan turut memperkuat ketahanan budaya dari berbagai ancaman yang akhir-akhir ini menggerus ruang kehidupan. Tidak cukup dipertahankan, bahkan diharapkan kualitas toleransi yang ada dapat dikembangkan, didistribusikan, dan ditransformasikan lebih luas lagi.

Tidak mudah melakukan penelitian di tengah situasi pandemi Covid-19 yang penuh keterbtasan, dan dalam waktu yang terbatas pula. Namun, peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya. Penelitian ini dilakukan berkat dukungan dari berbagai pihak dan lembaga, dalam hal ini Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya (PMB)-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), khususnya kedeputian Ilmu Sosial dan Kemanusiaan (IPSK). Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Deputi bidang Ilmu Pengetahuan Sosial Kemanusiaan, Prof. Dr. Tri Nuke Pudjiastuti. Juga kepada Kepala Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya, Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani. Kegiatan ini akan sulit terlaksana tanpa bantuan Ahmad Khozin dalam mengelola urusan administrasi selama kegiatan penelitian. Terima kasih kepada Kepala Program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS), yang mensponsori kegiatan penelitian tahun 2020 ini sehingga dapat dilaksanakan.

Beberapa pihak di lapangan juga telah membantu memberikan banyak informasi dan pengalaman yang patut diapresiasi. Kepada para tokoh dan pemuka di Kota Manado: Bapak Fendy Pareng (Ketua MSi Cabang Sulawesi Utara), Bapak Amato Assagaf (tokoh Budaya), Meichi Runtuwene (FKUB), Bapak Hafidz Mutu (Ahmadiyah), Bapak Sulaeman Mappiase (Dosen IAIN Manado), Bapak Rocky Koagouw Penghayat Sulawesi Utara), dan Bapak Mardiyansyah (Lesbumi NU Sulawesi Utara), Bapak Denni Pinontoan (Mawale Movement). Kepada para tokoh dan jemaat di Pusat Peribadatan Puja Mandala Bali, yang karena keterbatasan kondisi, tidak sepenuhnya dapat dijumpai; segenap forum FKUB Bali dengan sarasehan yang kami hadiri memberikan pengalaman yang berharga, Bapak Prof. Dr. Ketut Ardhana di UNHI dan Universitas Udayana yang membukakan akses literatur, K.H.

Roichan Mukhlis sekretaris MUI Bali, Pengurus Masjid Ibnu Batutah, Michael Northcott, I Ketut Widya (Kepala Bimas Hindu Departemen Agama), dan para tokoh yang lain. Kepada segenap tokoh Kampung Sawah, antara lain, keluarga Bapak Jacob Napiun, keluarga K.H. Rahmaddin Afif, Bapak Mawang (RT), Bapak Sunarya, Bapak I Gusti Ngurah Diarja, Bapak Pinandita Pande Nyoman Sudi Arsana, Bapak Yanto (RT), Ibu Engkar, Bapak Zainal, Bapak Pondang, Bapak K.H. Muslih Nasoha, Pendeta Dewi Agustina, Bapak Sarin Sarmadi, Bapak Suta Wijaya, Bapak Upalananda, Bapak Joko, Bang Yose Kristian, para tokoh pemuda Bang Rosyid, Bang Manus, dan lain-lain. dan lain-lain, dan segenap warga dan pemangku di Kampung Sawah. Juga kepada Prof. Ali Munhanif, Ph.D. dan Agus Noorbani, S.Psi yang memberikan pengayaan perspektif bagi kegiatan ini.

Tiada gading yang tak retak. Dalam menyajikan informasi, kami menyadari tentu banyak kekurangan di sana-sini, hal itu sematamata karena keterbatasaan penulis. Semoga buku ini membawa manfaat bagi masyarakat akademik maupun masyarakat luas. Selamat membaca!

Daftar Isi

Sampul
Daftar Isi
Pengantar Penulis
Bab I: Pendahuluan
     1. Pentingnya Riset Toleransi
     2. Toleransi dalam Konteks Pemajuan Kebudayaan
     3. Ragam Konsepsi Toleransi
     Daftar Pustaka
Bab II: Merajut Toleransi di Kota Bersehati (Dinamika Kerukunan Umat Beragama di Manado Sampai Tahun 2020)
     1. Pendahuluan
          1.1. Latar sejarah status kota
          1.2. Letak geografis dan data demografis
          1.3. Latar sejarah sosial kota
     2. Dinamika Sosial Berbasis Etnik dan Budaya
     2.1. Interaksi Sosial Etnik
          2.2. Mewadahi Aspirasi Berwatak Budaya
          2.3. Ruang Publik Masyarakat Kota
     3. Polarisasi, Konflik, dan Konsensus
          3.1. Polarisasi Politik Sesudah Tahun 1965
          3.2. Kebijakan Politik Berdampak Sosio Kultural
          3.3. Uji Coba Kadar Toleransi
     4. Antara Akses dan Ekses
          4.1. Melangkah ke Ide-ide Toleransif
          4.2. Unggahan dan Sanggahan
     5. Kesimpulan, Rekomendasi, dan Penutup
          5.1. Kesimpulan
          5.2. Rekomendasi
          5.3. Penutup
     Daftar Pustaka
Bab III: Puja Mandala Ikon Tolerasni Bali
     1. Pendahuluan
     2. Potret Toleransi di Puja Mandala
          2.1. Sekilas Sejarah Puja Mandala dan Penerimaan terhadap Eksistensi Minoritas
          2.2. Mengelola Koeksistensi melalui Paguyuban
          2.3. Tentang Ruang Privat dan Ruang Publik
          2.4. Norma Ajaran Toleransi
     3. Dialog dan Resolusi Konflik
          3.1. Dialog Lintas Iman
     4. Peran Forum Kerukunan Antarumat Beragama
          4.1. Memajukan Toleransi dengan Pendekatan Budaya
     5. Kesimpulan
     Daftar Pustaka
Bab IV: Potret Kampung Sawah Bekasi Gerbang Penjaga Tolerasni
     1. Pendahuluan
     2. Kampung Sawah Miniatur Kebhinnekaan Indonesia
          2.1. Betawi pinggiran dan ragam etnis dan agama di Kampung Sawah
          2.2. Kepercayaan leluhur
          2.3. Segi tiga emas agama dan keragaman denominasi
          2.4. Banjar Hitakarma dan Komunitas Hindu
          2.5. Komunitas Tionghoa dan agama Buddha
          2.6. Keragaman etnis
     3. Kultur Keagamaan Inklusif Manajemen Pengelolaan Kemajemukan
          3.1. Perjumpaan agama dan budaya
          3.2. Majelis umat beragama dan jaringan lintas agama
          3.3. Sanggar Sasak Djikin membangun kepedulian seni budaya
          3.4. Paguyuban Baraya Kampung Sawah: jaringan lintas etnis, generasi, dan agama
          3.5. Pendidikan pluralis
          3.6. Pembumian nilai agama melalui seni, tradisi, dan kearifan lokal
          3.7. Toleransi dan akar persaudaraan
          3.8. Kebebasan agama dalam ruang privat dan kebajikan di ruang publik
          3.9. Satu atap ragam keyakinan: pluralisme ala Kampung Sawah
          3.10. Praktik pendirian rumah ibadah
          3.11. Dialog sebagai modus toleransi
          3.12. Costly tolerance
          3.13. Sinergi tokoh daerah di Kampung Sawah
     4. Penguatan Toleransi melalui Pendekatan Budaya
          4.1. Budaya mencairkan sekat-sekat identitas agama
          4.2. Penguatan budaya toleransi dengan kampanye Kampung Pancasila dan Penjaga Gerbang Toleransi
          4.3. Mengangkat budaya lokal
          4.4. Perhatian pada ruang hidup
          4.5. Memajukan budaya lokal
     Kesimpulan
     Daftar Pustaka
Bab V: Menelusuri Jejak Sejarah Toleransi di Kampung Sawah Bekasi
     1. Gambaran Umum
          a. Geografis Kampung Sawah Bekasi
          b. Kependudukan
          c. Pekerjaan dan Pendidikan
     2. Asal Usul Masyarakat Kampung Sawah
     3. Kondisi Masyarakat Kampung Sawah Abad ke-19hingga Awal Abad ke-20
     4. Masuk dan Berkembangnya Agama-Agama
          a. Islam
          b. Kristen
          c. Katolik
     5. Interaksi, Integrasi, dan Membangun Identitas
          a. bahasa
          b. Sistem marga dan perkawinan lintas agama
     6. Kampung Sawah yang Berubah
     Daftar Pustaka
Bab VI: Kohesi Sosial Kampung Sawah, Kota Bekasi: Pembentukan dan Peran Modal Sosial
     1. Konsepsi Klasik Kohesi Sosial dan Pendekatan Interpretatif dalam Melihat Solidaritas Masyarakat
     2. Kohesi Sosial sebagai Esensi Modal Sosial
     3. Modal Sosial sebagai Proses: Reproduksi Modal Sosial di Kampung Sawah
     4. Bonding Social Capital menuju Linking Social Capital:Menuju Kampung Sawah yang Lebih Inklusif
     5. Kampung Kota: Eksistensi Kampung Sawah Kini dan Nanti
     Kesimpulan
     Daftar Pustaka
Bab VII: Belajar Dari Engkong, Enya, dan Babe: Transmisi Budaya dan Nilai Tolerasni Melalui Komunikasi Keluarga di Kampung Sawah
     1. Pendahuluan
     2. Tiga Agama dalam Balutan Budaya
     3. Transmisi Budaya di Kampung Sawah
     4. Komunikasi Keluarga: Belajar dari Engkong, Enya dan Babe
     5. Pemuda sebagai Generasi Penerus
     6. Peran Media Komunikasi dan Tokoh Masyarakat
     7. Praktik-praktik Sosial, Ritual, hingga Spiritual
     Kesimpulan
     Daftar Pustaka
Bab VIII: Catatan Penutup Tolerasni, Kebhinekaan, dan Kearifan Lokal
     Toleransi, Pluralisme, dan Multikulturalisme
     Bhinneka Tunggal Ika bukan Sekadar Slogan
     Kearifan Lokal
Bab IX: Toleransi Dalam Perspektif Budaya
     Kembali ke Nilai-nilai Luhur Budaya
Indeks
Tentang Penulis