Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Bulog dan Politik Perberasan

1 Pembaca
Rp 95.000 30%
Rp 66.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 199.500 13%
Rp 57.633 /orang
Rp 172.900

5 Pembaca
Rp 332.500 20%
Rp 53.200 /orang
Rp 266.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Bulog dan beras ibarat dua sisi dari sekeping mata uang. Keduanya seolah sejoli yang tak terpisahkan. Sejak berdiri pada 1967 sampai saat ini Bulog tak pernah lepas dari tetek bengek urusan beras. Akan tetapi, relasi Bulog dan beras tidak selalu manis. Ada masa pasang, ada saat surut. Secara korporasi bahkan Bulog serasa ditimpa ‘tsunami’ tatkala monopoli impor beras dicabut, penyaluran pasti beras untuk golongan anggaran (PNS, TNI-Polri) ditiadakan, dan fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), kredit berbunga rendah, dihentikan. ‘Tsunami’ bagai kiamat berulang ketika outlet penyaluran pasti beras Bulog untuk program Raskin/Rastra diubah menjadi transfer tunai di program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT), yang sekarang bernama Program Sembako.

Itu salah satu ‘drama’ perubahan kebijakan yang bisa dibaca di buku ini. Akan tetapi, sesuai judulnya, Bulog dan Politik Perberasan, buku ini diniatkan untuk melacak secara mendalam relasi Bulog dan politik beras yang diformulasikan dalam pelbagai kebijakan publik pemerintah dari sejak BUMN ini berdiri hingga kondisi paling mutakhir. Posisi ekonomi-politik beras dalam percaturan politik-ekonomi Indonesia ditelusuri hingga berujung pada pertanyaan: masihkah Bulog harus mengurus beras? Bongkar pasang kebijakan dalam stok beras publik, baik untuk program Raskin/Rastra, beras operasional Bulog maupun cadangan beras pemerintah, dianalisis lewat pendekatan ekonomi-politik.

Pembaca disuguhi analisis mendalam sejauhmana komitmen (politik) pemerintah lewat kebijakan perberasan yang pelaksanaannya diserahkan kepada Bulog. Baik komitmen anggaran maupun dukungan politik lewat regulasi dan kebijakan. Relasi Bulog dan (politik) beras ini bisa menjadi cermin bagaimana sebuah kebijakan publik seharusnya dibuat. Juga diulas mengapa Bulog masih berada di zona nyaman dengan mengandalkan penugasan publik. Padahal, potensi bisnis komersial yang bisa digeluti cukup luas. Lewat kajian terhadap puluhan regulasi juga dielaborasi bagaimana seharusnya Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) berperan, dan seperti apa negara lain merancang tata kelola pangan mereka. Inilah buku pertama yang merangkai titik-titik hulu hingga hilir bagaimana relasi Bulog dan politik perberasan dari era 1970-an hingga saat ini.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Khudori

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786233211611
Terbit: Juni 2022 , 270 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Bulog dan beras ibarat dua sisi dari sekeping mata uang. Keduanya seolah sejoli yang tak terpisahkan. Sejak berdiri pada 1967 sampai saat ini Bulog tak pernah lepas dari tetek bengek urusan beras. Akan tetapi, relasi Bulog dan beras tidak selalu manis. Ada masa pasang, ada saat surut. Secara korporasi bahkan Bulog serasa ditimpa ‘tsunami’ tatkala monopoli impor beras dicabut, penyaluran pasti beras untuk golongan anggaran (PNS, TNI-Polri) ditiadakan, dan fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), kredit berbunga rendah, dihentikan. ‘Tsunami’ bagai kiamat berulang ketika outlet penyaluran pasti beras Bulog untuk program Raskin/Rastra diubah menjadi transfer tunai di program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT), yang sekarang bernama Program Sembako.

Itu salah satu ‘drama’ perubahan kebijakan yang bisa dibaca di buku ini. Akan tetapi, sesuai judulnya, Bulog dan Politik Perberasan, buku ini diniatkan untuk melacak secara mendalam relasi Bulog dan politik beras yang diformulasikan dalam pelbagai kebijakan publik pemerintah dari sejak BUMN ini berdiri hingga kondisi paling mutakhir. Posisi ekonomi-politik beras dalam percaturan politik-ekonomi Indonesia ditelusuri hingga berujung pada pertanyaan: masihkah Bulog harus mengurus beras? Bongkar pasang kebijakan dalam stok beras publik, baik untuk program Raskin/Rastra, beras operasional Bulog maupun cadangan beras pemerintah, dianalisis lewat pendekatan ekonomi-politik.

Pembaca disuguhi analisis mendalam sejauhmana komitmen (politik) pemerintah lewat kebijakan perberasan yang pelaksanaannya diserahkan kepada Bulog. Baik komitmen anggaran maupun dukungan politik lewat regulasi dan kebijakan. Relasi Bulog dan (politik) beras ini bisa menjadi cermin bagaimana sebuah kebijakan publik seharusnya dibuat. Juga diulas mengapa Bulog masih berada di zona nyaman dengan mengandalkan penugasan publik. Padahal, potensi bisnis komersial yang bisa digeluti cukup luas. Lewat kajian terhadap puluhan regulasi juga dielaborasi bagaimana seharusnya Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) berperan, dan seperti apa negara lain merancang tata kelola pangan mereka. Inilah buku pertama yang merangkai titik-titik hulu hingga hilir bagaimana relasi Bulog dan politik perberasan dari era 1970-an hingga saat ini.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Manusia merencanakan Tuhan yang menentukan. Takdir itu pula yang terjadi pada penulisan buku ini. Semula buku direncanakan berisi 5 bab. Dalam perjalanannya ada lika-liku yang membuat rencana berubah, yang akhirnya buku hanya berisi 3 bab. Agar tidak jauh berubah dari rencana semula, isi bab pun dimodifikasi. Jadilah buku seperti yang ada di tangan para sidang pembaca sekalian: terdiri 3 bab dan 2 lampiran.

Sesuai judulnya, Bulog dan Politik Perberasan, buku ini melacak relasi Bulog dan politik perberasan yang diejawantahkan lewat berbagai kebijakan publik pemerintah dari sejak BUMN ini berdiri hingga kondisi mutakhir. Dengan menggunakan pendekatan ekonomi-politik, buku ini hendak menakar sejauhmana komitmen (politik) pemerintah lewat kebijakan perberasan yang pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada Bulog.

Seperti dua sisi dari sekeping mata uang, Bulog dan beras bagai sejoli yang tak terpisahkan. Sejak berdiri pada 1967 sampai saat ini, Bulog tak pernah berpisah dari beras. Tetapi, relasi Bulog-beras dalam bingkai ekonomi-politik tak sepenuhnya mulus. Seperti air di pantai, ada pasang ada pula surut. Begitu pula relasi Bulog-beras dalam konteks kebijakan pemerintah. Tilikan dilakukan lewat analisis mendalam terhadap tiga hal: sejauhmana posisi ekonomi-politik beras di Indonesia sehingga Bulog (masih) perlu mengurusnya, kebijakan pengadaan beras stok publik dan penyalurannya dalam program Raskin/Rastra yang diubah jadi Program Sembako, dan cadangan beras pemerintah.

Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA), institusi baru amanah dari UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang mulai beroperasi Februari 2022, juga dibahas di buku ini. Termasuk relasi ideal NFA-Bulog dalam penugasan pengadaan, pengelolaan, dan penyaluran beras. Ulasan tidak hanya menyangkut integrasi kebijakan dan kelembagaan, tetapi juga soal penganggaran dan bagaimana NFA sebagai regulator merancang penugasan lewat kebijakan pasti, berdimensi jangka panjang, dan mengaitkan kebijakan pengadaan dan penyaluran stok lebih permanen, sehingga Bulog dan BUMN pangan lain bisa merencanakan lebih matang, termasuk memitigasi risikonya. Di setiap akhir bab dibuat catatan pembelajaran yang bisa jadi cermin untuk merefleksikan diri.

Draf awal buku ini saya diskusikan dengan Wakil Kepala Bulog (2000) yang juga Sekretaris Menteri Negara Urusan Pangan (1993- 1999) Sapuan Gafar dan dua mantan direktur Bulog: Tito Pranolo dan Agus Saifullah. Setelah naskah hampir final, para ahli beras ini kembali menjadi pembaca awal. Bahkan, difasilitasi Persatuan Purna Bhakti Logistik, tempat pensiunan Bulog bernaung, ketiganya menyediakan waktu berdiskusi. Dari trio ini pula saya mendapatkan “amunisi baru” agar isi buku lebih bergizi. Namun demikian, tidak semua masukan itu bisa saya tampung dan tunaikan. Kepada mereka bertiga saya mohon maaf dan menjura penuh khidmat atas berbagai masukan. Namun demikian, baik buruk isi buku ini sepenuhnya jadi tanggung jawab saya sebagai penulis.

Di internal Bulog, saya berkomunikasi dengan Epi Sulandari. Dari Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Bulog inilah saya mendapatkan konfirmasi bahwa buku yang mengaitkan Bulog dengan beras dalam bentuk bahasan utuh masih belum ada. Buku-buku sebelumnya, baik yang diterbitkan Bulog maupun pihak lain, selain hanya mengupas Bulog atau membahas beras saja. Oleh karena itu, bolehlah buku ini disebut sebagai buku pertama yang menganalisis secara utuh relasi Bulog-beras.

Buku ini selesai karena dukungan tanpa batas dari belahan jiwa saya, Wiwik Suhartiningsih. Juga trio putri saya, Zhafirah Rana Labibah, Amirah Latifah, dan Raidah Hana Syahirah. Ketika proses penulisan terhenti, energi dan dukungan mereka menguatkan saya untuk segera menuntaskan buku ini. Kepada mereka berempat, buku ini saya persembahkan. Terakhir, buku ini tuntas hanya karena izin dan anugerah Allah SWT. Semoga Allah Yang Maha Bijak mencatat ikhtiar kecil lewat buku ini sebagai kebajikan. Kepada semua yang membeli dan membaca buku ini diucapkan terima kasih. Semoga Anda mendapatkan manfaat. Jika tidak, sudilah Anda semua memaafkan saya.

Pondokgede, April 2022

Penulis

Khudori - Mengawali karier sebagai jurnalis di Majalah GATRA pada 1995 di Biro Surabaya, Jawa Timur. Berturut-turut ia kemudian bergabung di Majalah GAMMA, MEDIUM kemudian beralih ke portal Metrotvnews.com dan Medcom.id. Kini ia mengelola Alinea.id.

Di luar jurnalisme, Khudori tetap memelihara minat besarnya pada dunia pertanian, ilmu yang ditimbanya dulu di Fakultas Pertanian Universitas Jember. Ia pernah jadi peneliti Institute for Global Justice (Desember 2007–Juni 2008), Tenaga Ahli DPR (Mei 2008—September 2009), Tenaga Ahli di Kementerian Perdagangan (Februari 2010-Juni 2011), dan Anggota Kelompok Kerja Dewan Ketahanan Pangan (2010–2020).

Ia tergabung di Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (2010— sekarang) dan Komite Pendayagunaan Pertanian (2020 - sekarang). Di luar “Bulog dan Politik Perberasan”, sebelumnya ia telah menulis 8 buku dan mengeditori 17 buku. Salah satu bukunya mengupas aneka aspek beras berjudul Ironi Negeri Beras.

Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Grafik
Daftar Tabel
Bab I. Apakah (Masih) Perlu Bulog Mengurus Beras?
Bab II. Raskin: Penyelamat dan Pembawa Kiamat
Bab III. Pengelolaan CBP oleh Bulog: Adakah Opsi  Ideal?
Lampiran I. Program OPK: Dampak Ekonomi Makro
Lampiran II. Raskin: Penilaian Program Secara Makro
Daftar Pustaka
Indeks
Biodata Penulis