Tampilkan di aplikasi

Buku Ruang Karya hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Jeda Terbaik di Dunia

1 Pembaca
Rp 60.000 42%
Rp 35.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 105.000 13%
Rp 30.333 /orang
Rp 91.000

5 Pembaca
Rp 175.000 20%
Rp 28.000 /orang
Rp 140.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Dalam buku ini ada 16 cerita yang mewakili cerita-cerita yang tidak mampu terangkum dalam bentuk kata. Cerita ini membawaku menyusuri lorong makna yang begitu terang adanya.

Meskipun menjadi tempat matahari terbenam, arah barat akan selalu kujadikan tempat untuk memulai cerita mencintai Indonesia yang tanpa syarat. Di sana kutemui guru, pemuda, ibu piara, anak-anak, nelayan, orang tua murid yang selalu mengajarkan banyak hal tanpa menggurui. Kami saling tatap dengan ego sendiri, saling mengasihi dengan hati, mengikhlaskan apa yang tidak bisa diubah, dan mengucap syukur pada apa yang telah terlalu.

Keputusanku ke timur Indonesia bukan tanpa sebab. Jika sebagian orang memimpikan untuk belajar di luar negeri, lain halnya denganku. Indonesia timur adalah cita-citaku sebagai tempat belajar. Bagiku, menuju Indonesia timur merupakan menjemput kehormatan. Ini adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya. Saya berangkat ke timur menemui kepala kampung, mama piara, keluarga Bapak Markus, Bapak Guru Alex, Bapak Guru Yoseph, Ibu Guru Sugi, bunda dan ayah Bilqis, ibu-ibuviii anggota Majelis Taklim Masjid An-Nur, mama cantik dan keluarganya, serta hal yang paling penting, saya menemui diriku sendiri di tempat matahari beranjak.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Nurasiyah

Penerbit: Ruang Karya
QRSBN: 624017212613
Terbit: Mei 2023 , 106 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Dalam buku ini ada 16 cerita yang mewakili cerita-cerita yang tidak mampu terangkum dalam bentuk kata. Cerita ini membawaku menyusuri lorong makna yang begitu terang adanya.

Meskipun menjadi tempat matahari terbenam, arah barat akan selalu kujadikan tempat untuk memulai cerita mencintai Indonesia yang tanpa syarat. Di sana kutemui guru, pemuda, ibu piara, anak-anak, nelayan, orang tua murid yang selalu mengajarkan banyak hal tanpa menggurui. Kami saling tatap dengan ego sendiri, saling mengasihi dengan hati, mengikhlaskan apa yang tidak bisa diubah, dan mengucap syukur pada apa yang telah terlalu.

Keputusanku ke timur Indonesia bukan tanpa sebab. Jika sebagian orang memimpikan untuk belajar di luar negeri, lain halnya denganku. Indonesia timur adalah cita-citaku sebagai tempat belajar. Bagiku, menuju Indonesia timur merupakan menjemput kehormatan. Ini adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya. Saya berangkat ke timur menemui kepala kampung, mama piara, keluarga Bapak Markus, Bapak Guru Alex, Bapak Guru Yoseph, Ibu Guru Sugi, bunda dan ayah Bilqis, ibu-ibuviii anggota Majelis Taklim Masjid An-Nur, mama cantik dan keluarganya, serta hal yang paling penting, saya menemui diriku sendiri di tempat matahari beranjak.

Pendahuluan / Prolog

Jeda Terbaik di Dunia
Dalam buku ini ada 16 cerita yang mewakili cerita-cerita yang tidak mampu terangkum dalam bentuk kata. Cerita ini membawaku menyusuri lorong makna yang begitu terang adanya.

Meskipun menjadi tempat matahari terbenam, arah barat akan selalu kujadikan tempat untuk memulai cerita mencintai Indonesia yang tanpa syarat. Di sana kutemui guru, pemuda, ibu piara, anak-anak, nelayan, orang tua murid yang selalu mengajarkan banyak hal tanpa menggurui. Kami saling tatap dengan ego sendiri, saling mengasihi dengan hati, mengikhlaskan apa yang tidak bisa diubah, dan mengucap syukur pada apa yang telah terlalu.

Keputusanku ke timur Indonesia bukan tanpa sebab. Jika sebagian orang memimpikan untuk belajar di luar negeri, lain halnya denganku. Indonesia timur adalah cita-citaku sebagai tempat belajar. Bagiku, menuju Indonesia timur merupakan menjemput kehormatan. Ini adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya. Saya berangkat ke timur menemui kepala kampung, mama piara, keluarga Bapak Markus, Bapak Guru Alex, Bapak Guru Yoseph, Ibu Guru Sugi, bunda dan ayah Bilqis, ibu-ibuviii anggota Majelis Taklim Masjid An-Nur, mama cantik dan keluarganya, serta hal yang paling penting, saya menemui diriku sendiri di tempat matahari beranjak.

Daftar Isi

Cover Depan
Sekadar Pengantar
Daftar Isi
Menjahit Makna Menuju Barat
Sekata Sepakat di Barat
Hidup Menghadapi Hidup
Bundo Kita Kartini
Senyuman dari Balik Jendela
Yang Berubah Seiring Berjalannya Waktu
Darul Quran Cinta Kedua Kami
Barat dan Timur adalah Arah
Keluarga Bapak Markus Kalakmabin
Anak-Anak, Ibu Guru Jadi Ikut ke Kebun