Dapur Tak Boleh “Sempit” Mungkin bagi orang yang senang mengutak-atik rumah, melihat dapur indah bergaya masa kini tak ubahnya seperti penggemar otomotif melihat mobil keluaran terbaru dengan desain yang menawan. Mungkin. Saya cukup sering mendengar gumaman penuh harap, “Aduh, kapan ya bisa punya dapur seperti itu,” saat orang melihat dapur dengan desain terkini. Dapur sudah menjadi “barang mainan” pagi para penggemar desain rumah. Bukan lagi sekadar ruang untuk memasak dan mengolah bahan makanan, namun sudah menjadi area kesenangan, tempat mencurahkan hobi, dan yang jelas tempat mengekspresikan diri.
Uniknya, orang yang terobsesi punya dapur cantik ini bukan hanya para penggemar masak-memasak. Mereka yang tidak suka masak pun banyak yang memimpikannya. Bahkan saking penginnya punya dapur cantik yang bisa dilihat tetamu, tak jarang orang menempatkan sebuah “dapur hiasan” (dan mereka menyebutnya pantri), cuma untuk gaya-gayaan. Paling kompornya hanya digunakan untuk memasak air, memanaskan makanan, atau memasak mie instan. Atau yang lebih parah lagi, ada juga yang tidak melengkapinya dengan kompor. Jadi benarbenar cuma hiasan.
Melihat kondisi lahan untuk rumah yang semakin mengecil, memiliki pantri ataupun dapur hiasan, jadi sulit. Dapur cukup satu saja; untuk masak betulan tapi harus bisa jadi hiasan. Beban yang cukup berat harus ditanggung oleh si dapur. Namun lahan terbatas tidak berarti dapur harus kumuh dan kotor. Dapur kecil juga bisa tampil indah, trendi dan menampung banyak kegiatan. Yang penting lagi, dapur kecil haruslah tetap dapat membuat orang di dalamnya bebas bergerak. Bagaimana siasatnya dan seperti apa contohnya, bisa Anda temui di Laporan Utama edisi ini. Silakan menikmatinya.