Bali tak hanya menyimpan segudang tempat memesona untuk diulik. Adat istiadatnya pun membuat kita gatal untuk menjelajah lebih dalam sang Pulau Dewata. Salah satu daya tarik budaya yang masih kental terasa saat mengunjungi pulau ini adalah arsitektur bangunan rumah tradisionalnya.
Ya, masyarakatnya masih menerapkan konsep bangunan tradisional pada hunian-hunian mereka. Tak terkecuali dengan Widiadnyana, pemilik rumah sekaligus arsitek dari biro Somia Design Studio, yang dengan tegas menyematkan konsep arsitektur Bali di setiap jengkal desain rumahnya. Hunian yang dibangun sejak Juni 2014 ini, ia beri nama Sujiva, yang dalam bahasa sansakerta berarti hidup yang nyaman.
Dalam mendesain huniannya, Widi menggabungkan prinsip dasar rumah adat bali, asta kosala kosali, dengan gaya kontemporer arsitektur tropis. bila dianalogikan, asta kosala kosali merupakan feng shui-nya masyarakat Bali, yang mengatur tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk rumah tinggal atau tempat beribadah yang didasarkan pada Nawa Sanga—sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin dengan Dewa Siwa sebagai titik pusatnya.
Filosofi ini membuat bangunan terbagi menjadi beberapa bagian yang terpisah.
Widi mengaku penerapan asta kosala kosali pada sebuah hunian tidaklah mudah. Pasalnya, setiap bangunan harus dibuat terpisah sehingga membutuhkan area yang sangat luas untuk mewujudkannya.
Meski demikian, ia lega masih bisa menerapkan prinsip ini pada elemen bangunan. Misalnya, letak sanggah kemulan atau candi utama berlokasi di timur (kangin) dan pintu masuk utama di arah selatan (kelod). Tidak lupa, untuk merespon iklim tropis, Widi menerapkan gaya arsitektur kontemporer pada fasad bangunan.