Kalau orang sering mengatakan “gaji berapa pun tak akan cukup”, tampaknya hal ini berlaku juga untuk rumah: “luas berapa pun terasa kurang”. Tapi apakah benar, tinggal di rumah besar dan di atas lahan luas lebih menyenangkan dibandingkan tinggal di hunian mungil? Belum tentu.
Pertama, punya rumah besar berarti perlu menyiapkan biaya besar untuk kebutuhan harian. Contohnya, untuk kebutuhan penerangan dan listrik saja, pasti lebih tinggi dibandingkan rumah kecil.
Kedua, punya rumah besar juga perlu tenaga besar untuk merawat dan membersihkannya. Jangan dikira merawat rumah itu mudah, lho! Coba bayangkan saat asisten rumah tangga sedang pulang kampung.
Ketiga, punya rumah besar juga bisa berarti peluang anggota keluarga berpapasan di dalam rumah menjadi kecil. Seorang anak yang keluar kamar lalu ke ruang keluarga, bisa tidak berpapasan dengan ibu yang berada di ruang makan, karena kedua ruang tersebut bisa jadi berjauhan letaknya.
Sebaliknya, tinggal di rumah mungil tidak berarti malapetaka. Rumah mungil dapat memberikan kehangatan dan keakraban tersendiri. Setiap saat kita bertemu dengan anggota keluarga lain, karena ke ruang mana pun kita pergi, akan selalu terlihat oleh anggota keluarga yang lain. Berkumpul seluruh anggota keluarga pun mungkin menjadi lebih mudah justru karena terbatasnya ruang.
Tantangannya adalah bagaimana membuat si mungil itu tampil gaya dan trendi, sehingga kita sebagai penghuni merasa senang dan bangga memilikinya. Di edisi ini RUMAH menampilkan inspirasi rumah-rumah mungil dengan desain khas. Yang juga perlu disimak adalah tip dari para pemilik rumah atau desainer yang membangunnya. Keberhasilannya bisa kita jadikan contoh, kendalanya bisa kita jadikan pelajaran.
Luas rumah boleh terbatas. Tapi kebanggaan jangan sampai dibatasi.