Menghindari racun dari kehidupan kita sama mustahilnya dengan menghindari teknologi. Benda-benda mengandung bahan berbahaya ada di sekeliling kita, bahkan kita gunakan sehari-hari. Ironisnya, bahan berbahaya itu sering kali digunakan demi membela estetika.
Material yang digunakan untuk bangunan rumah kita juga ternyata ada yang mengandung bahan beracun. Misalnya saja cat (untuk dinding, kayu, besi), perekat pada furnitur (banyak furnitur menggunakan pelapis dan pelapis tersebut ditempel ke kayu menggunakan perekat), atau perekat pada wallpaper. Tentu kita tidak mungkin menghindar dari semua itu. Namun, kita dapat menjadi konsumen yang kritis.
Pada saat ingin membeli sebuah produk, kita dapat mencari tahu lebih dulu atau membaca kandungan yang tertera pada kemasan. Mungkin produk yang yang lebih ramah pada kesehatan kita dan juga lingkungan harganya sedikit lebih tinggi. Mungkin juga produk yang berkualitas baik hanya ada di toko-toko tertentu. Upaya lebih banyak untuk mencari tahu layak dilakukan demi kesehatan anggota keluarga.
Namun tak selamanya kita dapat mengetahui kandungan sebuah produk. Katakanlah kita membeli furnitur jadi. Akan sulit untuk mengetahui apakah furnitur itu menggunakan perekat dengan kandungan racun rendah. Bau menyengat adalah salah satu indikator, namun tak selamanya yang tidak berbau itu tidak beracun.
Tindakan yang paling aman adalah tidak langsung menempati ruang yang baru dibangun, dicat, ditempeli wallpaper, atau baru diisi furnitur. Biarkan dulu 2-3 hari sampai zat-zat beracun menguap. Dengan catatan, ventilasi di ruang tersebut memadai. Tapi, dalam kondisi apapun, ventilasi memang harus memadai, kan?