Belum lama ini saya menghadiri undangan seorang kerabat yang mengadakan syukuran rumah barunya. Saat itu ia bercerita bahwa dalam pencarian rumah, syarat nomor satu baginya adalah lengkap, termasuk ada dapur dan kamar buat si Mbak. Pokoknya, dia mau rumah yang siap huni tanpa harus nambahnambah ruang atau renovasi dulu. Alasannya simpel, malas repot. Tak sedikit orang yang berprinsip seperti itu. Tapi banyak juga yang masih mengejar harga lebih murah sekalipun sesudahnya harus merogoh kocek untuk menambah ini-itu. Alasannya juga simpel, kalau ada yang kurang kan bisa dicicil nantinya.
Yang penting saat ini rumah kebeli dengan kocek yang tersedia. Pada rumah-rumah dengan harga miring, pasti ada bagian yang dikorbankan, dan yang paling sering jadi sasaran adalah dapur. Ruang dapurnya, sih, ada, tapi biasanya hanya diisi meja beton plus bak cuci, tanpa lemari. Mungkin saat membeli kita pasrah saja, tertutup kepuasan karena dapat membeli rumah. Namun setelah sekian tahun berjalan, kita mulai merasa gatal untuk mendandaninya. Apalagi bila teman-teman kita sudah punya dapur bagus di rumahnya. Langsung, deh, ngiri. Tidak dimungkiri, harga membuat dapur cukup mahal.
Yang membuat mahal karena memang lemari tertutup yang berderet-deret di atas dan bawah itu memakan material yang cukup banyak. Jadi untuk dasarnya saja sudah mahal. Belum lagi ditambah pelengkap seperti bak cuci dan keran, serta aksesori seperti handle, lampu, atau rak-rak dalam. Memang, mendandani dapur harus penuh trik. Punya dapur idaman juga tak harus membongkar total yang lama dan membuat baru. Perbaiki elemen-elemen pentingnya saja, lalu tambahkan dekorasi, jadilah dapur idaman versi kita sendiri. Laporan Utama kali ini mengulas elemen-elemen apa saja yang perlu kita ubah untuk mempercantik dapur kita sekaligus membuatnya lebih fungsional.