Merupakan ciri khas desain dari Levendig Interior untuk selalu mengangkat kebudayaan Indonesia dalam setiap karyanya. Kali ini inspirasinya berasal dari Pranoto Mongso.
Pranoto Mongso merupakan sistem penanggalan zodiak Jawa yang telah dikenal sejak 560 sebelum masehi. Penanggalan zodiak Jawa ini membagi satu tahun menjadi 4 musim (mongso), yaitu ketiga (musim panen), labuh (musim kering), rendheng (musim penghujan) dan mareng (musim semi). Masing-masing musim memiliki 3 buah zodiak yang kemudian Levendig mengangkat batik dari hari jadi masing-masing kota di Jawa.
Batik yang diaplikasikan pada kursi kerja menggunakan motif batik yang berasal dari kota-kota besar di Jawa. Adalah batik Kujang Kijang (Bogor), batik Ceplok Grompol dari Yogyakarta, batik Carica dari Wonosobo, Batik Jalak Harupat dari Bandung , batik Mega Mendung dari Cirebon, batik Merak Ngibing dari Garut, batik Babon Angrem Riningan dari Solo, batik Banyumasan Puwokerto, batik Tugu Malang dari Malang, Batik Asem Tugu Muda dari Semarang, batik Ikan Sura dan Buaya dari Surabaya dan dari Jakarta batik Ciliwung Marunda.
Nathaniel Wijaya, CEO Levendig Interior berharap kebudayaan Indonesia yang dikaguminya tidak akan punah. Lewat koleksi kursi kerja ini, hendak ditunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia itu berkelas dan tidaklah kuno. Dan, kebudayaan Indonesia itu bisa mengimbangi kebudayaan asing.
Seri kursi kerja ini tidak hanya menampilkan keunikan dari upholstery batik dari kota-kota di Jawa, namun juga tetap mengedepankan aspek kenyamanan dan ergonomic bagi penggunanya. Dibuat dari mahogani solid frame, organic Latex, carbon wheel, mechanical system baja, dacron, luxury printed drill, premium leather (untuk tipe Jakarta dan Surabaya) dan wider handmade support.
Peluncuran perdana produk Levendig Interior bertemakan Unveiling
