Tampilkan di aplikasi

Seperti apa rasanya mendedikasikan hidup anda untuk menyelamatkan hiu?

Majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia - Edisi 1/2017
4 April 2018

Majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia - Edisi 1/2017

Madison telah berenang dengan hiu sejak ia masih kecil, dan telah melihat populasi hiu berkurang. / Foto : Juan Medina

Scuba Diver AustralAsia Indonesia
Madison Stewart, seorang konservasionis, peneliti, freediver, dan pembuat film, merupakan salah satu wanita muda inspiratif dan tak kenal lelah saat ini. Namun, seperti yang dijelaskannya, tidak ada pilihan lain baginya. Saya baru berusia 14 tahun ketika dunia tidak mengacuhkan saya. Saya tumbuh besar dikelilingi oleh hiu – menyelam dan berlayar.

Keluarga saya terobsesi dengan laut, dan saya merasa nyaman berada di antara terumbu karang. Saya tidak ingat kapan saya mulai tertarik pada hiu; saya bisa mengerti mereka, saya cocok dengan mereka, dan saya berbeda dari orang lain karena saya berenang bersama mereka. Lalu, ketika berumur 14 tahun, populasi hiu yang saya cintai mulai menghilang.

Saya menjadi panik dan selalu kembali ke tempat di mana saya dapat berinteraksi dengan para hiu, tetapi saya hanya menemukan terumbu kosong. Saya dapat pastikan pada Anda, bahwa lautan dengan hiu bisa jadi menakutkan, tetapi ketakutan sebenarnya adalah lautan tanpa hiu.

Saya pun menemukan bahwa ada penangkapan hiu yang beroperasi secara legal di dalam Taman Laut Great Barrier Reef dan World Heritage Area, dan sikap masyarakat Australia terhadap hiu telah membutakan orang-orang terhadap usaha perikanan ini. Saya pun memulai kampanye melawan penangkapan ikan, dan mengekspos kesalahan-kesalahannya untuk menghentikan industri ini.

Setelah gagal mengubah kebijakan pemerintah, saya menyadari bahwa saya perlu membawa perjuangan saya ke mata publik. Tidak lama sesudahnya, saya meninggalkan sekolah demi homeschool dan sepakat dengan ayah saya bahwa biaya sekolah saya akan digunakan untuk membeli sebuah kamera bawah air.

Saat itulah saya mulai membuat film. Saya ingin sekolah dan menjadi ahli biologi kelautan; namun, saya memutuskan berhenti sekolah dan menempuh jalur yang lebih efektif untuk membuat film, yang memberikan saya kesempatan untuk membuat perubahan.
Majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI