Tampilkan di aplikasi

Majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia - Edisi 1/2017

Lumpur kaya akan mineral dari Laut Mati telah lama digunakan untuk pengobatan. Lumpur ini dianggap bagus untuk kulit dan sendi, terutama dalam pengobatan psoriasis dan arthritis.

Scuba Diver AustralAsia Indonesia
Anda tidak akan menemukan ikan ataupun tumbuhan air hidup di dalam Laut Mati, salah satu tempat terasin di planet ini. Namun, terlepas dari tampilannya, laut ini tidaklah semati yang kita bayangkan laut ini adalah rumah bagi sejumlah bakteri dan jamur mikroba. Telah diketahui bahwa laut asin berlebih (hypersaline) adalah rumah bagi mikroorganisme, meskipun jauh lebih sedikit dibanding tubuh air lainnya.

Dalam kondisi tertentu, alga Dunaliella yang mekar melebar menyebabkan air laut berubah warna menjadi merah, yang mengindikasikan adanya bentuk kehidupan sederhana dalam jumlah yang signifikan. Pada tahun 2011, para ilmuwan menemukan kawah di dasar laut, beberapa dengan diameter 10 meter, di mana air tawar dan payau masuk ke dalam Laut Mati.

Celah-celah ini dikelilingi oleh “biofilm” beragam spesies bakteri dan alga yang menyelubungi bebatuan di beberapa area seperti keset tebal yang hidup. Sayangnya, laut unik nan ikonik ini menyurut dalam laju yang mengkhawatirkan akibat perubahan iklim. Sebuah proyek untuk menstabilisasi laut ini akan diluncurkan pada tahun 2018.
Majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI